Mohon tunggu...
dhini ferry hidayah
dhini ferry hidayah Mohon Tunggu... -

seorang perempuan yang ingun terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem Saraf Otonomik

28 Desember 2010   09:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:18 3387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika mendengar kata saraf yang ada yang dipikiran kita mungkin serabut-serabut panjang yang menghubungkan organ-organ kita. Uh….. pasti pusing deh. Tapi, kita sebagai manusia gak boleh menyerah untuk terus belajar. Dengan mempelajari sistem saraf kita akan semakin sadar bahwa betapa sempurnanya Tuhan dalam menciptakan manusia. Dengan berbagai sistem saraf dan organ-organ tidak terjadi “kemacetan” dalam tubuh kita, sekali kita harus bersyukur atas nikmat Tuhan yang luar biasa ini. Makanya simak ya sekelumit tentang sistem saraf otonomik……..

Sistem saraf merupakan sistem sistem regulasi atau control yang bertugas menerima dan menghantarkan rangsangan ke semua bagian tubuh sekaligus memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Sistem saraf tersusun atas unit-unit pelaksana, yaitu sel saraf (neuron) dan neuroglia . Sel saraf sendiri dari dari badan sel, dendrit dan akson. Berdasarkan fungsinya, sel saraf dibagi menjadi neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron asosiasi. Sistem saraf dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat tersusun atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi, yaitu membawa impuls ke dan dari saraf pusat, dibedakan menjadi sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sistem saraf tepi terdiri dari dua divisi. Sistem saraf somatic mengendalikan otot rangka dan menerima informasi dari kulit, otot, dan berbagai reseptor sensorik. Sistem saraf otonomik mengendalikan kelenjar dan otot polos, yang mencakup otot jantung, otot-otot di pembuluh darah, dan otot-otot di bagian dalam lambung dan usus. Otot-otot tersebut dinamakan otot polos karena jika dilihat dari bawah mikroskop tampak polos. Sebaliknya otot rangka memiliki gambaran yang berlurik-lurik. Sistem saraf otonomik mendapatkan namanya dari fakta bahawa banyak aktivitas yang dikendalikannya secara otonom, atau self-regulating (seperti pencernaan dan sirkulasi) dan terus berjalan kendatipun orang itu sedang tidur atau tidak sadar. Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra gangliondan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Sistem saraf ini seringkali memiliki aksi antagonistic. Sebagai contohnya, sistem saraf parasimpatik menyebabkan konstraksi pupil mata, menstimulasi pengeluaran saliva, dan memperlambat denyut jantung, sistem saraf simpatik memiliki efek yang berlawanan. Keadaan tubuh yang normal ( di suatu tempat di antara ekstrem eksitasi dan plasiditas vegetative) dipertahankan oleh keseimbangan di antara kedua sistem ini. Fungsi-fungsi saraf otonom dapat dibedakan menjadi tabel berikut ini :

Tabel Fungsi Saraf Otonom

Parasimpatik

Simpatik


  • mengecilkan pupil
  • menstimulasi aliran ludah
  • memperlambat denyut jantung
  • membesarkan bronkus
  • menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
  • mengerutkan kantung kemih


  • memperbesar pupil
  • menghambat aliran ludah
  • mempercepat denyut jantung
  • mengecilkan bronkus
  • menghambat sekresi kelenjar pencernaan
  • menghambat kontraksi kandung kemih

Divisi simpatik cenderung beraksi sebagai suatu kesatuan. Selama eksitasi emosional, ia secara simultan mempercepat jantung, mendilatasi arteri di otot rangka dan jantung, mengonstraksi arteri di kulit dan organ pencernaan, dan menyebabkan perspirasi (berkeringat). Ia juga mengaktivasi kelenjar endoktrin tertentu untuk mensekresikan hormone yang semakin meningkatkan derajat kesiagaan.

Tidak seperti sistem simpatik, divisi parasimpatik cenderung mempengaruhi satu organ pada suatu waktu. Jika sistem simpatik diduga dominan selama aktivitas tereksitasi, sistem parasimpatik diduga dominan selama periode tenang. Ia berperan dalam pencernaan dan pada umumnya mempertahankan fungsi yang meghemat dan melindungi sumber daya tubuh.

Walaupun sistem simpatik dan parasimpatik biasanya antagonistic satu sama lain, terdapat beberapa pengecualian prinsis ini. Sebagai contohnya, sistem simpatik dominan selama ketakitan dan eksitasi, tetapi tidak jarang gejala parasimpatik selama ketakutam yang ekstrem berupa pengeluaran involunter isi kandung kemih atau usus. Contoh lain adalah respons seksual pada pria yang memerlukan ereksi (parasimpatik) diikuti dengan ejakulasi (simpatik). Jadi, walaupun kedua sistem sering kali antagonistic mereka berintegrasi dengan cara kompleks.

Demikian yang dapat saya jelaskan, semoga dapat menambah pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi kita semua………. SELAMAT BELAJAR :-)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun