Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Jokowi, Rock, Revolusi Mental, dan Pencitraan

12 Februari 2019   13:27 Diperbarui: 12 Februari 2019   14:53 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan anggota grup band Slank (foto dok. Tribunnews.com)

Mobilisasi dukungan inipun sampai mengarah memasuki wilayah politik praktis. Dan musik rock pun dianggap sebagai instrumentasi politis paling ampuh untuk itu.

Ideologis rock sebagai pengibar perubahan menjadi media paling ampuh untuk menggaet dukungan secara emosional. Rock dengan spirit perubahan (baca: sebagai revolusi mental) inipun kemudian menjadi ranah politik pencitraan bagi kepentingan politik.

Politik pencitraan atas nama "rock" inipun bergulir menggelinding bak bola salju (snow ball) dalam memobilisasi menggaet dukungan di Pilpres 2014.

Keberpihakan dan mobilisasi dukungan pemusik rock terjun dalam kepentingan politik ini semakin menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidak buta politik dan memiliki kepedulian terhadap politik.

Sebagaimana takdirnya, apapun itu kepentingan politis yang mendasari, inti dari rock itu sendiri adalah keberpihakannya pada pokok persoalan humanisme. Keberpihakan pada pokok persoalan humanisme ini seakan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari rock, terlepas apapun itu kepentingan politik yang menunggangi.  

Rock N' Roll is Dead

Benarkah "Rock N' Roll is Dead". Pastinya kita berharap bahwa rock never die, rock not dead, rock tetap bergema.

Sebagai penyuka dan penghayat rock, saya -- atau kita semua para pencinta rock -- pastinya sempat membayangkan harapan besar dengan terpilihnya Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang juga mendapatkan julukan "Presiden Rock 'n Roll", "Presiden Rock Indonesia","Presiden Metal Indonesia", sampai "Presiden Metal Pertama di Dunia" di Pilpres 2014, panggung musik rock semakin bergema bahwa rock never die, bukan malah menjauh spirit rock itu sendiri.

Karena rock itu sendiri bukan sekadar genjrang-genjreng irama musik, ia adalah irama kehidupan itu sendiri, dan bukan panggung sandiwara untuk pencitraan politik.  

Termasuk di mana rock itu sendiri selalu disimbolisasikan dengan semangat kebebasan. Kebebasan inilah yang pada akhirnya menggerakkan dan menghidupkan daya hidup. Termasuk kebebasan dari himpitan ideologi kepentingan politik yang mengabaikan dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.  

Keterpilihan Jokowi yang dicitrakan pro rakyat sebagai presiden Indonesia di Pilpres 2014 memunculkan sejuta harapan menandai datangnya fajar kebangkitan perubahan hidup yang lebih baik di bawah kepemimpinan pemimpin rakyat berjiwa rock.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun