"Hidup sesungguhnya adalah perjuangan untuk melepaskan dan memberi adalah buktinya!"Â [Petrus Pit Supardi]
***
Malam gelap yang panjang itu, saya alami hampir sepanjang pertengahan tahun 2012-2014. Pertanyaan saya waktu itu, "untuk apa dan untuk siapa pergi ke gereja? Masih perlukah berdoa? Masih perlukah pergi ke gereja?"Â
Pengalaman perjumpaan dengan situasi konkret yang serba paradoks, antara yang profan dan sakral, bertaut di dalam dan atas nama "manusia rapuh!"Â
Tak sedikit Pastor dan Uskup bicara tentang belas kasih dan pengampunan, tetapi perilakunya sebatas mengadili orang miskin dan terbuang. Perayaan, doa dan ibadah di ruang sakral selesai di ruangan itu. Keluar dari situ, stigama negatif bergentayangan ke seluruh pelosok rumah.
Ketidakadilan terhadap orang miskin, kaum papah bertumbuh subur. Ketidakadilan terhadap alam semesta semakin liar. Bahkan, "di halaman rumah-Nya" orang-orang pilihan-Nya mengkhianati-Nya denga perilaku kekerasan seksual dan pedofilia.
Di hadapan pengalaman-pengalaman itu, apakah saya masih perlu pergi ke gereja untuk berdoa, Misa dan menyambut-Nya? Waktu itu, saya pikir, "tidak perlu lagi ke gereja! Cukup berdoa pribadi saja!" Saya merasa tidak menemukan keteladanan di seputar altar Tuhan. Para Imam-Nya, Pastor, Uskup, tak sedikit yang berperilaku sesuka hati, tidak seperti yang diajarkan oleh Yesus.
Keheningan. Waktu itu, saya pikir Dia yang sesungguhnya ada dalam keheningan. Perayaan iman sesungguhnya, ada dalam keheningan. Doa batin. Cukup! Pergi ke gedung gereja tidak penting lagi. Selamat tinggal gereja Katolik.
Semua berubah. Akhir 2013, sesuatu yang mustahil itu tampak. Di layar televisi, seorang pria tua, sangat sederhana dengan jubah putih selalu tersenyum sambil melambaikan tangan ke ribuan orang yang menyambutnya. Wajahnya berkilau. Ia begitu mencintai orang kecil, orang miskin. Ia menyerukan perdamaian dan keadilan untuk alam semesta. Dia adalah Paus Fransiskus, yang menjadi Paus sejak 13 Maret 2013. Saya kagum. Dan, saya rindu kembali ke gereja Katolik.
Pengalaman perjumpan spiritual dengan Paus Fransiskus itu, menjadi lengkap dengan pengalaman misterius sesudahnya.Â
Suatu pagi, pada pertengahan 2014. Pengalaman mistis itu datang, pada saat saya sedang berdoa pagi. Saya mendengar suara, "pergi ke gereja untuk Saya, bukan yang lain."Â