Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ayo ke Kebun, Belajar pada Kebijaksanaan Orang Tua

21 Februari 2025   13:53 Diperbarui: 21 Februari 2025   13:53 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman sayur terong di kebun penulis. Dokpri

"Menyentuh tanah, mengolah dan menanam bukan sekedar menyalurkan hobi saja, melainkan harus menjadi cara hidup baru dalam merawat rumah bumi."_Petrus Pit Supardi.
***

Saya berasal dari keluarga petani. Bapa saya, seorang lulusan kelas 3 SR. Ibu saya tidak pernah mengenyam pendidikan. Keduanya, petani sederhana. Tetapi, cara hidup Bapa dan Mama sungguh mengagumkan. Bapa mengolah tanah dengan penuh kebijaksanaan. Mama biasa memimpin upacara adat saat tanam dan panen.

Sejak masa kecil, saya memperhatikan Bapa mengolah tanah. Ia membabat rumput dengan parang/sabit. Sebelum mulai babat rumput pasti Bapa minta permisi. "Minta maaf, saya memotong kalian." Demikian halnya, ketika mulai mencakul, Bapa minta maaf dan minta permisi pada tanah, karena ia akan melukai tanah. Setelah cangkul, ia tidak akan menginjak lagi tanah yang telah dicangkulnya itu.

Bapa merawat tanaman dengan cinta yang besar. Ia melihat segala makhluk, tanah, cacing, walang sangit, belalang, rumput, padi, semua adalah bagian dari hidupnya. Karena itu, ia tidak mau melukai mereka.

Suatu hari, saat sedang membabat rumput, parangnya menyentuh seekor ular. Ular itu kaget, dan memagut kaki Bapa. Kemudian, Bapa minta maaf pada ular itu. "Saya minta maaf, karena tidak sengaja menyentuh engkau. Silakan pergi." Bapa menyuruh ular itu pergi, tanpa melukai atau mengumpatnya. Kemudian, Bapa mengambil tanah, mencampuri tanah itu dengan ludahnya, dan menempelkannya pada kakinya yang bekas pagutan ular itu.

Ajaib, karena ular berbisa yang memaggut Bapa, tetapi Bapa tidak mengalami keracunan. Ada bekas pagutan tetapi tidak tampak bengkak atau luka.

Saya bertanya, "Bapa, mengapa ular berbiasa pagut Bapa dan Bapa baik-baik saja?" Bapa bilang, "Ular itu tidak sengaja memagut saya. Dia kaget karena saat dia lewat, parang saya kena badannya, sehingga dia beraksi dan memaggut saya. Kami sudah berdamai."

Ada banyak kisah inspiratif. Kisah tentang hidup bersama semua makhluk, saling mengasihi tanpa saling melukai. Di kebun, kita bisa mengalami semua kisah itu. Karena, di sana, kita dapat menjumpai rantai hidup, yang saling menghidupi.
****
Ayo ke kebun. Sebuah ajakan untuk mencintai lingkungan alam, seperti kita mencintai hidup kita. Karena, kita bisa hidup lantaran ada sesama makhluk lainnya. Di kebun, terpampang sejuta relasi saling melengkapi di antara makhluk ciptaan Yang Ilahi. Di sana, semua makhluk saling menyapa dalam cara masing-masing. Kita manusia dapat mengerti dengan baik komunikasi lintas makhluk bilamana hati kita bersih dan murni.

Ayo ke kebun. Kita memiliki tanah luas, halaman pekarangan yang luas, mengapa kita membiarkannya kering dan gersang? Mengapa kita tidak memanfaatkan halaman rumah kita untuk menanam sayur mayur, yang berguna untuk hidup kita?

Dengan pergi ke kebun, kita tidak hanya mendapat manfaat sesaat, panen hasil tanaman, tetapi lebih mendalam kita terjalin, terhubung erat dengan semua makhluk. Melalui perjumpaan intensif itu, kita semakin menyadari bahwa kita tidak sendirian. Kesadaran demikian, mendorong kita untuk selalu gelisah ketika menyaksikan ketidakadilan sosial dan ekologis. Dengan demikian, seluruh hidup kita akan menjadi lebih peka dan peduli pada sesama manusia dan alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun