Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Korupsi di Negeri Tuhan

1 April 2023   08:02 Diperbarui: 21 April 2023   06:36 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari kejujuran belum terbit di negeri Tuhan
Kabut kebenaran masih menutupi langit nusantara
Hujan keadilan tak kunjung turun ke bumi pertiwi
Kasih sedang mati suri di tengah para penyembah Tuhan

Di negeri ini, tak kurang orang berpendidikan tinggi, tetapi perilaku korup tak terbendung
Gelar akademik bertengger di muka dan di belakang nama demi status sosial di tengah masyarakat
Nilai akademik tampak bagus di kartu studi sekedar menutupi kepalsuan diri
Bermegah dengan toga kebesaran saat wisuda sekedar menutupi kebobrokan

Mental proyek sekedar menghabiskan uang rakyat menjadi budaya kerja
Disiplin waktu, setia dan taat dalam melayani rakyat jelata tak tampak
Korupsi waktu seakan mengecap kenikmatan di kedai kopi
Malas bekerja bukan halangan menuntut hak di akhir bulan

Korupsi dan terima gratifikasi menjadi sebuah kebanggaan dan keistimewaan
Pamer kekayaan hasil curian di muka umum tanpa rasa malu dan kikuk
Membusungkan dada di atas tembok dan emas hasil curian tanpa bebas
Tak merasa bersalah lantaran hati nurani tertutup awan rakus dan tamak

Pantaskah makan dan minum dari hasil curian?
Otot dan tulang terbentuk dari korupsi
Hati menjadi gelap gulita lantaran terbentuk dari serat korupsi
Mata pun buta sehingga tak bisa membedakan terang dan gelap

Apa artinya berpendidikan tinggi, memiliki jabatan dan kekuasaan, tetapi tidak bisa membedakan hak milik pribadi dan hak milik orang lain?
Apa artinya memiliki jabatan dan kekuasaan kalau hanya menjadi pencuri?
Apakah orang tua melahirkan, membesarkan, menyekolahkan sampai menjadi penguasa hanya untuk mencuri hak milik rakyat jelata?
Mengapa melakukan korupsi meskipun bergelimang harta?

Tak pernah puas pemicunya!
Memelihara naluri rakus dan tamak akarnya
Menyenangkan hasrat nikmat sesaat
Mengorban diri sendiri dan rakyat jelata demi menumpuk harta

Sadarlah!
Tahu diri!
Tahu malu!
Harta dunia tak mengantar ke gerbang keabadian!

Di negeri Tuhan yang dihiasi berjuta rumah ibadah dan ornamen keagamaan
Berlakulah benar di hadapan manusia dan alam seperti di hadapan Tuhan
Berlakulah adil di hadapan manusia dan alam seperti di hadapan Tuhan
Menabur kasih di hadapan manusia dan alam seperti di hadapan Tuhan

Abepura, 1 April 2023; 09.25 WIT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun