Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dukacita di Lapangan Hijau

2 Oktober 2022   09:38 Diperbarui: 2 Oktober 2022   14:37 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa tak saling berpelukan tatkala pluit panjang berbunyi?

Mengapa harus saling menyerang?

Bukankah kedua Tim telah memberikan permainan terbaik?

Tak seorang pun dapat menjawabnya sebab emosi telah menembus ubun-ubun

Menyisakan kisah ini:

Dukacita, air mata, ratap-tangis dan pusara

Catatan pada lembar hitam sepak bola negeri ini

Penyesalan tanpa bisa membangkitkan jasad-jasad kaku itu

Abepura, 02 Oktober 2022; 09:42 WIT

[Dengan nada sedih dan prihatin, saya menulis puisi ini. Dukacita mendalam bagi para korban meninggal dunia sebanyak 129 orang dan semua korban yang menderita luka. Semoga yang meninggal berbahagia di alam baka. Mereka yang menderita luka-luka lekas pulih dan sehat.]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun