Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Langgar Pamali, HIV-AIDS Bisa Punahkan OAP

7 Agustus 2022   11:30 Diperbarui: 7 Agustus 2022   11:33 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, Tuhan, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan dengan pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar." (Ratapan 1:20). 

Papua sedang berduka. Depopulasi orang asli Papua semakin nyata. Salah satu penyebabnya adalah merebaknya HIV-AIDS. Data Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA) Dinas Kesehatan provinsi Papua, per 30 Juni 2022 memperlihatkan jumlah pengidap HIV-AIDS di provinsi Papua sebanyak 49. 011 orang. Angka tersebut hanyalah fenomena "kayu hanyut" sebab hanya tampak di permukaan. 

Mengapa HIV-AIDS di tanah Papua semakin meningkat? Bagaimana menerapkan upaya pencegahan HIV-AIDS dalam konteks Papua? Siapa perlu terlibat dalam upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS (P2HA) di tanah Papua?

Pada data SIHA, kita melihat bahwa penularan HIV-AIDS di tanah Papua terjadi melalui hubungan (kontak) seksual, baik heteroseksual, homoseksual maupun biseksual. Perilaku hubungan seksual yang tidak aman, berganti-ganti pasangan seksual, tanpa menggunakan kondom menyebabkan angka HIV-AIDS di tanah Papua semakin meningkat.

Dalam konteks Papua, tampak bahwa memudarnya nilai-nilai hidup baik, norma adat dan budaya berbanding lurus dengan meningkatnya HIV-AIDS. Kita ingat, di dalam adat dan budaya, aturan terkait hubungan seksual sangat jelas. Seseorang dapat melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan hidupnya yang sah. Keabsahan sebagai suami-istri terjadi setelah melewati proses adat, mulai dari perkenalan sampai pada nikah adat.

Pada masa lampau, sebelum misi Katolik dan Protestan masuk ke tanah Papua, pada suku tertentu mempraktikkan hidup poligami. Orang-orang terkemuka di dalam suku, bisa memiliki beberapa istri. Tetapi, mereka tetap saling menjaga kesetiaan. Seorang suami, yang karena ketokohannya mempunyai lebih dari satu istri, hanya akan melakukan hubungan seksual dengan istri-istrinya.  

Saat ini, poligami sudah tidak dipraktikkan lagi. Satu orang satu istri. Tetapi, perilaku hidup seksual semakin liar. Ada guyonan. "Satu orang satu istri. Satu istri di kota A. Satu istri di kota B. Satu istri di kota C dan seterusnya!" Dampaknya, kita bisa lihat ada aktivis, pejabat, perempuan, laki-laki, orang tua, anak muda mati karena mengidap HIV-AIDS.

Selain perilaku seksual, meningkatnya HIV-AIDS di tanah Papua dari waktu ke waktu juga disebabkan oleh minimnya kebijakan pemerintah daerah dalam upaya P2HA. Berapa anggaran untuk P2HA, baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota di tanah Papua? Berapa kabupaten/kota memiliki Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) yang aktif berkegiatan?

Demikian halnya, kemitraan dan sinergisitas P2HA antara pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, aktivis, LSM semakin memudar. Setiap entitas mau berjalan sendiri. Akibatnya, P2HA di tanah Papua tidak berhasil menurunkan angka HIV-AIDS meskipun sudah berlangsung 30 tahun (1992-2022).

Kini dan ke depan, semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam P2HA di tanah Papua perlu memikirkan kembali strategi P2HA. Sebab, selama 30 tahun, kita telah gagal menurunkan angka HIV-AIDS di tanah Papua. Apa yang harus kita lakukan ke depan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun