Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gereja Katolik Indonesia Jangan Menambah Luka Papua

23 Desember 2021   19:57 Diperbarui: 24 Desember 2021   05:16 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya bertemu Ignatius Kardinal Suharyo selama dua jam, pada tanggal 7 April 2021. Dalam pertemuan itu, saya minta Kardinal untuk melobi pengambil kebijakan politik di Jakarta agar menghentikan upaya penambangan emas yang memicu terjadinya pendekatan militeristik sebagai jawaban atas penolakan masyarakat. Namun, apa kata Kardinal Suharyo saat bertemu Muhaimin Iskandar? Pilihan politik Romo Kardinal ini, sangat melukai kami sebagai OAP," tutur Saul Wanimbo, Koordinator SKP Keuskupan Timika, pada Rabu (08/12/2021).

Komentar Saul Wanimbo di atas merespon pernyataan Ignatius Kardinal Suharyo pada saat bertemu Muhaimin Iskandar pada hari Senin, (29/11/2021) di kantor KWI, Cikini, Jakarta. Pada kesempatan itu, Kardinal Suharyo, sebagaimana ditulis dalam nasional.tempo.co bilang, "Sikap gerej Katolik yang resmi terhadap masalah Papua itu sangat jelas, yaitu mendukung sikap pemerintah, karena dijamin undang-undang internasional!"

Terhadap pernyataan Kardinal Suharyo tersebut, Sekretariat Keadilan Perdamaian (SKP) se-Papua mengeluarkan siaran pers berjudul, "Catatan Khusus untuk Bapa Ignatius Kardinal Suharyo." SKP se-tanah Papua menyampaikan tiga poin penting. Pertama, Ketua KWI Bapa Ignatius Kardinal Suharyo hendaknya dalam menyampaikan sikap yuridis politis harus juga disertai sikap pastoral  dalam semangat koordinasi dengan Uskup setempat berkaitan dengan situasi konflik di tanah Papua.

Kedua, Konferensi Wali Gereja Indonesia hendaknya menggunakan laporan-laporan SKP se-Papua sebagai bahan rekomendasi kritis ke pemerintah Indonesia terkait kebijakan untuk Papua. Ketiga, pemerintah Indonesia hendaknya mendengarkan masukan-masukan dari Uskup-Uskup di tanah Papua sebagai ordinaris wilayah yang paham karena mengalami situasi umat di tanah Papua.

Papua yang Terluka

Papua memiliki sejarahnya sendiri. Sejarah Papua tak pernah terlepas dari air mata, luka, darah dan kematian. Sampai saat ini, Papua sedang terluka. Manusia, budaya, alam, tempat keramat dan leluhur Papua sedang menjerit karena luka yang sedang dideritanya!

Siapa sebenarnya Papua? Siapa yang menciptakan luka pada tubuh Papua? Mengapa Papua dilukai terus-menerus?

Kita mengetahui bersama bahwa Papua memiliki sumber daya alam melimpah. Di atas tanah Papua, berdiam manusia orang Papua, hitam kulit, keriting rambut. Harmoni Papua selalu terpelihara melalui relasi hidup baik antara manusia, alam dan leluhur. Karena itu, ketika kita bicara tentang Papua, selalu berdimensi tripel: manusia (termasuk budaya), alam dan leluhur.

Kekinian, dimensi lain yang penting bagi orang Papua yaitu Tuhan Allah. Sebuah pemahaman baru yang diterima melalui kehadiran para misionaris Katolik dan Protestan. Secara khusus, kehadiran misionaris Protestan, Ottow dan Geissler di pulau Mansinam, Manokwari pada 5 Februari 1855 mengubah wajah Papua, dari suasana "hidup gelap" kepada "hidup terang!" Tetapi, apakah kehadiran misionaris Eropa ini, sungguh-sungguh menerangi hidup orang Papua, atau sebaliknya menciptakan "kegelapan baru" dan luka bagi orang Papua?

Saat ini, kita melihat dan mengalami bahwa suasana hidup harmoni semakin jauh dari Papua. Manusia, alam dan leluhur Papua berada dalam suasana "persimpangan jalan!" Papua mau ke mana? Sebab, pada setiap persimpangan ada "ranjau" yang siap meledak dan menghanguskan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun