Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meregang Nyawa di Moncong Senjata

28 Oktober 2021   14:01 Diperbarui: 28 Oktober 2021   14:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam gelap menyelimuti Sugapa, Intan Jaya

Letupan-letupan senapan memecah kebisuan malam

Berjaga-jaga menanti maut tiba

Dan, memang maut itu datang!

Datang membawa pergi anak bayi

Tali perut menyeruak ke permukaan

Tanpa tau mengapa harus terjadi padanya?

Pergi tanpa pernah kembali pada usia balita

Emas blok Wabu di tanah Intan Jaya

Mengorbankan banyak jiwa

Jendral berbintang, prajurit, rakyat sipil sampai anak bayi

Dan, peluru-peluru masih hilir mudik sampai saat ini

Di keheningan malam, pada semesta berharap perang akan segera berakhir

Meja perundingan lekaslah tersedia

Juru runding Indonesia dan Papua duduk bersama

Saling bicara menyelesaikan permasalahan Papua

28-10-2021; 15.30 wit

[Baku tembak TNI-Polri dan TPNPB, 26-10-2021, melukai 2 anak balita. Satu anak meninggal dunia. Satu lainnya dalam perawatan. Saya menuliskan penggalan puisi ini dengan hati pilu, sedih, resah dan gelisah memikirkan rakyat di Intan Jaya. Saya berdoa semoga Tuhan, Sang Pencipta lekas mengulurkan tangan, menolong kawanan domba-Nya dan membebaskan mereka dari segala bentuk kekerasan dan penindasan! Semoga jiwa-jiwa yang meninggal karena konflik dan kekerasan di Intan Jaya dan di seluruh tanah Papua beristirahat dalam damai Tuhan. Amin.]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun