Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terminal

17 Mei 2021   17:29 Diperbarui: 18 Mei 2021   05:21 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal pelabuhan laut Nabire, 30 Maret 2021. Dokpri.

Dunia tak berbeda dengan terminal

Kita singgah sebentar saja untuk melanjutkan perjalanan

Kita datang dari mana?

Kita mau pergi ke mana?


Dunia terminal luas tempat persinggahan sementara

Kita beli tanah, bangun rumah, deposit di bank

Kita sibuk mengurus harta benda yang tak akan mengiringi perjalanan selanjutnya

Kita lupa kapan lonceng akan berbunyi memanggil menuju gerbang berikut


Kita datang ke terminal telanjang

Makhluk lemah tak berdaya

Mengharapkan nafas pada sang Ilahi

Menyusu pada buah dada Mama


Kita tumbuh dewasa berpikir mandiri

Membalut tubuh dalam rajutan benang-benang murni

Mengekspresikan diri dalam pekerjaan seturut bakat

Memikat angan pada iklan di terminal


Kita bekerja siang malam mengumpulkan harta, mengejar jabatan dan kuasa

Seluruh waktu berjuang menumpuk harta benda di sudut terminal

Terseret arus glamour pada iklan di terminal

Lupa kekasih hati hingga di pengujung waktu


Lonceng di terminal terdengar samar seiring senja yang akan tiba

Memohon bertahan sedetik sekedar merasakan pelukan hangat kekasih hati

Gelisah penuh menyesal tatkala senja menjemput tak bersua satu pun yang dicintai

Pergi dalam kesendirian bertemankan sepi pada senja hari


Harta benda tertumpuk di sudut-sudut terminal

Ngengat berpestapora menyantapnya penuh lahap

Melebur bersama tanah seiring berlalunya waktu

Menguap ke udara tanpa meninggalkan jejak


Dunia terminal luas tempat persinggahan sementara

Kumpulkan harta yang akan mengantar sampai di muka pintu selanjutnya

Mengulurkan tangan menolong yang paling rapuh

Membuka pintu rumah bagi orang asing


Memberikan seteguk air putih untuk yang dahaga

Menyuapi tangan usur yang tak mampu memegang sendok makan

Memeluk gelandangan yang menggigil di tepi jalan

Menjenguk yang terbuang di balik tembok penjara


Tatkala suara lonceng memanggil pada fajar merekah

Jiwa ringan melangkah dalam dekapan kekasih hati

Berlaksa pasukan berjubah putih datang menjemput

Memasuki gerbang istana abadi dengan senyum bahagia

Nabire, 14 Mei 2021; 16.25 WIT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun