Dalam situasi tersebut, para Gembala, Pastor dan Pendeta di kota-kota di Papua seharusnya tergerak hatinya menggalang dana untuk mendukung anak-anak Tuhan di wilayah pedalaman Papua. Sudah saatnya, Gereja Papua, melalui para Gembala lebih peduli pada pendidikan anak-anak Papua dengan mengumpulkan dana solidaritas pendidikan. Para Gembala, Pastor dan Pendeta di kota-kota di Papua perlu melangkah keluar dari pastoran dan mengarahkan pandangan ke rekan sepelayanan di wilayah terpencil. Di sana, anak-anak Tuhan sedang menjerit lantaran tidak bisa bersekolah karena Sekolah Dasar tutup.
 Gembala Pergi ke Sekolah
Mengapa Yesus disapa sebagai Guru? Sebab, Yesus mengajar. Ia mewartakan Injil, Kabar Baik dari Allah. Ia mengajar tentang Kerajaan Allah dengan kata-kata dan tindakan menyembuhkan orang sakit, Â memberi makan dan membangkitkan orang mati. Yesus hadir sebagai Guru yang tidak hanya mengajar dengan kata-kata melainkan dengan sikap dan perbuatan-Nya yang berpihak pada orang sakit dan miskin.
Para Gembala, Pastor dan Pendeta mengambil bagian penuh dalam karya Yesus. Rahmat tahbisan Imamat menandai tugas penggembalaan itu. Pastor dan Pendeta  adalah Guru bagi kawanan domba. Para Gembala mengajar dan menuntun jemaat berjalan dalam jalan Tuhan. Gembala mengarahkan pandangan kawanan domba kepada Tuhan Allah.
Di tanah Papua, kawanan domba sangat merindukan Pastor dan Pendeta yang sungguh-sungguh menjadi Guru sebagaimana Tuhan Yesus. Gembala hadir dan melihat situasi hidup kawanan domba. Gembala hadir dan mendengarkan keluh kesah kawanan domba. Gembala hadir dan merasakan kondisi hidup kawanan domba. Gembala hadir di tengah seluruh realitas hidup kawanan domba orang Papua dan membawa kawanan domba ke padang rumput hijauh dan mata air jernih.
Para Gembala di tanah Papua tidak harus berdiri di depan kelas dan memegang kapur tulis untuk mengajar anak-anak. Para Gembala hadir dan membuka ruang-ruang perjumpaan dan dialog dengan pihak sekolah, orang tua murid, tua-tua adat dan pemerintahan kampung yang selama bertahun-tahun tertutup rapat. Gembala menghadirkan suasana harmonis guna mempertemukan dan mempersatukan para pihak di kampung-kampung untuk peduli pada pendidikan Sekolah Dasar. Sebab, Sekolah Dasar merupakan fondasi untuk meletakkan rumah masa depan Papua, termasuk rumah masa depan Gereja. Karena itu, anak-anak Papua di kampung-kampung harus mendapatkan pendidikan dasar berkualitas agar agar mereka dapat berprestasi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Gembala, baik Pastor maupun Pendeta hendaklah selalu membangun komunikasi, diskusi dan koordinasi dengan para Guru yang mengajar di sekolah-sekolah di wilayah pelayanannya. Para Gembala perlu mendengarkan dan memahami kondisi hidup Guru di kampung-kampung. Di dalam percakapan-percakapan tersebut, hendaklah para Gembala bisa mengambil inisiatif tindak lanjut atas pergumulan para Guru di sekolah. Misalnya, apabila para Guru mengeluhkan orang tua yang suka membawa anak-anak ke dusun atau  kebun, maka Gembala harus mengumpulkan orang tua dan memberikan pencerahan. Atau, apabila sekolah membutuhkan Perpustakaan, maka Gembala perlu berbicara dengan jemaat untuk mencari solusi agar anak-anak di kampung memiliki Perpustakaan dengan bahan bacaan anak yang berkualitas.Â
Para Gembala memiliki peran penting untuk memajukan pendidikan Sekolah Dasar di kampung-kampung di tanah Papua. Kalau Pastor dan Pendeta tidak mau pergi ke sekolah-sekolah dasar di kampung, maka pasti sekolah akan tutup. Atau, kalaupun proses belajar mengajar berjalan, tidak akan efektif. Kehadiran Pastor dan Pendeta di sekolah di kampung-kampung memberikan motivasi, semangat dan daya juang bagi para Guru dan orang tua untuk lebih peduli lagi pada pendidikan anak-anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan berjalan efektif sehingga anak-anak bisa mendapatkan pendidikan berkualitas.Â
Saat ini, kita melihat bahwa tidak banyak Pastor dan Pendeta pergi ke sekolah. Selalu ada alasan, "Pastor/Pendeta sibuk pelayanan. Itu Sekolah Dasar Negeri sehingga Pastor tidak bisa masuk, dll." Kehadiran Pastor di Sekolah Dasar di kampung-kampung wilayah pelayanannya bukan untuk mengambil-alih urusan administrasi sekolah! Pastor dan Pendeta hadir untuk mengunjungi kawanan dombanya yang dititipkannya di sekolah-sekolah tersebut. Pastor dan Pendeta memiliki tanggung jawab moral terhadap tumbuh kembang dan pendidikan anak-anak di kampung-kampung. Sebab, Pastor dan Pendeta yang membaptis anak-anak tersebut. Karena itu, Pastor dan Pendeta harus memastikan bahwa kawanan domba yang telah dibaptisnya mendapatkan pendidikan dasar berkualitas.
Di kampung-kampung terpencil di tanah Papua, pintu-pintu Sekolah Dasar sedang tertutup. Siapa akan membuka pintu-pintu itu supaya kawanan domba, anak-anak Papua bisa masuk ke dalam ruang kelas? Kawanan domba orang Papua selalu mengharapkan Pastor dan Pendeta datang ke kampung membuka kembali pintu-pintu sekolah yang sedang tertutup itu. Anak-anak sedang menunggu penuh harap akan datangnya Gembala yang mau menuntun mereka agar bisa masuk kembali ke dalam ruang kelas.