Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gedung Gereja Megah di Antara Sekolah Dasar yang Tutup di Papua

7 Mei 2021   13:15 Diperbarui: 7 Mei 2021   13:23 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis sedang diskusi bersama Ketua Klasis GPI Asmat, Pendeta Rudi, Pendeta Junus dan Sekretaris Klasi terkait SD Inpres Buetkwar yang tidak ada proses belajar mengajar, Kamis, (15/08/2019). Dokpri.

 Dana Solidaritas untuk Pendidikan Anak-Anak Papua di Pedalaman

Anak-anak Papua di SD Inpres Atjs, Asmat, 12 April 2019. Dokpri.
Anak-anak Papua di SD Inpres Atjs, Asmat, 12 April 2019. Dokpri.
Kita melihat di tanah Papua, ada beberapa denominasi Gereja yang menganut sistem sinodal. Ada Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua, Gereja Protestan Indonesia (GPI), Advent dan Gereja Katolik. Gereja-Gereja ini memiliki jemaat sampai di pelosok tanah Papua. Di dalam Gereja-Gereja ini, struktur komando sangat jelas. Ketua Sinode atau Uskup memiliki peran sentral. Ketika Ketua Sinode atau Uskup memberikan instruksi, maka Pendeta atau Pastor dan jemaat akan mendengarkan dan melaksanakan dengan sebaik-sebaiknya.

Gereja pada zaman misionaris Katolik dan Protestan sangat memperhatikan dunia pendidikan. Para misionaris mendidik anak-anak di asrama-asrama. Setelah tamat SMA, sebagian diantar ke Jayapura untuk meneruskan pendidikannya. Di Jayapura, ada SMA Gabungan, SMA Teruna Dharma, SMA Teruna Bakti, dll. Poin penting adalah bahwa pendidikan mendapat tempat utama dalam karya pelayanan para misionaris.

Saat ini, pemerintah mengambil bagian penuh dalam urusan pendidikan. Meskipun demikian, Gereja masih terlibat mengurus pendidikan bagi generasi Papua melalui Yayasan yang bernaung di bawah Gereja. Ada Yayasan Pendidikan Kristen (YPK), Yayasan Pendidikan dan Persekolah Katolik (YPPK), ada Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-Gereja Injili (YPPGI), dll. Melalui Yayasan tersebut, Gereja terlibat mempersiapkan generasi masa depan orang Papua.

Gereja dan pendidikan ibarat sisi mata uang yang tidak terpisah satu sama lain. Gereja yang tidak terlibat dalam dunia pendidikan bagaikan rumah di tengah padang gurun tanpa oase.  Jemaat akan tumbuh kerdil. Sebab, pendidikan memegang peran sentral dalam proses transformasi sosial kehidupan beriman jemaat. Karena itu, keterlibatan Gereja dalam pendidikan bersifat mutlak.

Bagaimana keterlibatan Gereja (di) Papua dalam urusan pendidikan? Jurang pemisah warga Gereja yang tinggal di wilayah perkotaan, dengan ekonomi mapan dengan jemaat yang hidup di pedalaman perlu dibangun melalui solidaritas di bidang pendidikan. Paroki-paroki dan jemaat-jemaat di kota mendukung pendidikan anak-anak Tuhan di pelosok tanah Papua melalui dana solidaritas pendidikan. Ada kolekte khusus untuk membantu sekolah-sekolah di wilayah pedalaman.

Siapa akan terlibat mengurus dana solidaritas pendidikan? Setiap Gereja memiliki Ketua Sinode dan Uskup, Pastor dan Pendeta, Majelis. Perangkat kerja pelayanan Gereja berkolaborasi dengan pengurus Yayasan Pendidikan, kepala sekolah, untuk memberikan dukungan kepada anak-anak Papua di pelosok yang kesulitan mengakses pendidikan berkualitas.

Apa bantuan yang paling mendesak yang dibutuhkan oleh anak-anak Papua di pelosok? Secara umum, kita melihat bahwa Guru sangat terbatas. Guru Agama sangat minim. Kita melihat anak-anak tidak memperoleh pengajaran iman yang benar sejak masa kanak-kanak di Sekolah Dasar lantaran tidak ada Guru Agama. Padahal, kehadiran Guru Agama sangat membantu pertumbuhan iman anak, tetapi juga mendorong agar proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan efektif.  

Dana-dana solidaritas, selain dapat menghadirkan Guru Agama di sekolah-sekolah di pelosok, dapat pula digunakan untuk melengkapi fasilitas sekolah yang terbatas, misalnya untuk pengadaan buku-buku bacaan anak, Perpustakaan, MCK, ruang kelas dan makanan bergizi untuk anak-anak.

Para Gembala di tanah Papua perlu membangun kesadaran kolektif di antara jemaat tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak Papua. Ketika kita berbicara tentang anak-anak Papua, maka kiblatnya ke kampung-kampung karena orang Papua tinggal di sana. Masa depan Gereja Papua ada di kampung-kampung. Karena itu, Gereja perlu mengarahkan pandangannya ke sana, ke kampung-kampung di pelosok Papua.

Kita melihat saat ini, pendidikan Sekolah Dasar di kampung-kampung terpencil di Papua terbengkalai. Bahkan Sekolah Dasar yang dikelola YPK, YPPK dan YPPGI pun terlantar. Alasan klasik yaitu tidak ada dana pengembangan sekolah. Partisipasi orang tua terhadap pendidikan Sekolah Dasar di kampung sangat rendah. Yayasan tidak memiliki sumber dana untuk mendukung pendidikan anak-anak. Dampaknya, anak-anak Allah, warga Gereja di kampung-kampung pelosok di tanah Papua tidak bisa mengakses layanan pendidikan dasar berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun