Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Gereja yang Memeluk Papua

2 Mei 2021   10:16 Diperbarui: 2 Mei 2021   10:53 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Markus Malar memeluk seorang Bapa dari Papua pada saat tahbisan imam di Sorong, (16/08/2020). Dokumentasi Pastor Markus.

 

Gereja Hadir untuk Menolong Jemaat

Kita bertanya, "Gereja hadir untuk siapa? Gembala untuk siapa?" Kehadiran Gereja dan Gembala seyogianya menjawab kebutuhan hidup jemaat sehari-hari. Setiap Gembala hendaklah bertanya, "Apa yang paling dibutuhkan jemaat? Bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut?" Untuk mengetahuinya, Gembala perlu duduk diskusi dengan jemaat.

Saat ini, di tanah Papua, kita sedang mengalami krisis Gembala yang meng-umat. Kita kekurangan Gembala berbulu domba. Kita masih membutuhkan lebih banyak Gembala yang mau peduli pada hidup kawanan domba orang Papua.

Ruben Watofa, Ketua YPK Kabupaten Nabire bilang, "Gereja GKI Tanah Papua punya visi menghadirkan Kerajaan Allah. Bagaimana mewujudkannya? Anak-anak tidak sekolah. Kita harus atur supaya mereka sekolah. Keluarga-keluarga tidak nikah. Kita harus urus supaya mereka bisa nikah. Bagaimana dengan perekonomian jemaat? Kita harus berdayakan mereka sesuai potensi alam, perikanan, pertanian," tuturnya pada Senin, (26/04/2021) di ruang kerjanya, kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nabire. 

Gereja selalu mengusung visi, "Menghadirkan/Mewartakan Kerajaan Allah." Selalu menjadi pertanyaan, "Kerajaan Allah macam apa?" Sebab, kita menyaksikan jemaat melarat di kampung-kampung dan para Gembala hidup tenang-tenang di pastoran/pastori. Apa sebenarnya wujud konkret Kerajaan Allah yang diwartakan oleh para Gembala di tanah Papua?

Kerajaan Allah tidak melulu mengenai Allah yang transenden, di langit sana. Kerajaan Allah yang sesungguhnya  harus mulai hadir dan menyatu dalam realitas sosial jemaat. Apa saja realitas sosial jemaat yang menuntut hadirnya Kerajaan Allah?

Sejenak kita pergi ke kampung-kampung. Lihatlah, betapa umat antusias menyambut sang Gembala di dermaga di tepi sungai dan di tepi jalan. Kita mendengarkan keluh kesah mereka. "Pastor/Pendeta, anak-anak tidak sekolah karena guru-guru tidak datang. Kami tidak bisa berobat, karena mantri tinggal di kota." Bagaimana seorang Gembala merespon keluh-kesah itu? Apakah sang Gembala akan diam saja karena bukan urusannya?

Di tanah Papua, kita menyaksikan Gembala khotbah bagus sekali di gereja. Gembala bicara tentang Kerajaan Allah yang berpihak pada orang miskin dan tertindas. Bahwa Allah selalu ada bersama orang miskin yang berseru kepada-Nya. Padahal, di samping gedung gereja, gedung Sekolah Dasar rusak berat. Bertahun-tahun, anak-anak di kampung itu tidak bisa bersekolah. Ironisnya, Gembala diam saja. Maka, Kerajaan Allah macam apa yang diwartakan oleh sang Gembala?

Situasi serupa terjadi pada layanan kesehatan di kampung-kampung. Gembala mengetahui bahwa di kampung tidak ada perawat dan bidan, sehingga jemaat tidak bisa berobat tatkala sakit. Tetapi, Gembala diam saja. Sang Gembala pikir tugasnya melayani firman Tuhan bukan urus kesehatan di kampung. Maka, Kerajaan Allah macam apa yang diwartakan oleh sang Gembala di mimbar gereja?

Acapkali kita menjumpai ada Gembala yang berpikir, "Kami Pastor/Pendeta punya tugas mewartakan firman Tuhan. Kami memelihara iman umat. Kami bukan pegawai dinas Kesehatan dan dinas Pendidikan." Apabila Gembala berpikir seperti ini, kawanan domba mau meletakkan harapan mereka pada siapa? Bukankah sang Gembala perlu melihat realitas sosial tersebut, berdiskusi dengan jemaat dan membawanya ke instansi terkait guna mendapatkan jalan penyelesaiannya sehigga jemaat di kampung bisa sekolah dan dapat pelayanan kesehatan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun