Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Papua Akan Berpisah dari Indonesia?

28 November 2020   08:30 Diperbarui: 29 April 2021   15:28 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas warga di danau Sentani. Dokpri.

Fenomena perjuangan Papua merdeka tidak pernah surut. Hampir setiap hari, ada gerakkan menuntut Papua merdeka di tanah Papua. Di dunia internasioNAl, lobi-lobi Papua merdeka ke negara pasifik gencar dilakukan. Demikian halnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN PB) melancarkan aksi perlawanan tanpa henti.

Mengapa nasionalisme Indonesia tidak berakar kuat dalam hati orang Papua? Mengapa orang Papua tidak merasa nyaman tinggal dalam rumah NKRI sehingga berjuang meraih kemerdekaannya? Bukankah pemerintah Indonesia gencar melakukan pembangunan di tanah Papua?

Kita menyaksikan dan atau mengalami bahwa nasionalisme Indonesia tidak tertanam dan berakar kuat dalam hati orang Papua. Tidak banyak orang Papua merasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Sebagian besar orang Papua lebih mencintai Papua sebagai bangsanya. Kita dapat melihatnya dalam berbagai gerakkan dan perjuangan pembebasan Papua.

Ketika kita membuka lembar sejarah integrasi Papua ke dalam NKRI, kita menemukan pendekatan militer mendominasi. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit Trikora. Sejak saat itu, Indonesia menerapkan pendekatan militer dalam menghadapi orang Papua. Bahkan pada masa pemberlakuan UU No.21/2001 tentang otonomi khusus Papua, operasi militer tetap berlangsung di tanah Papua.

Pendekatan militer yang diterapkan pemerintah Indonesia menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan orang Papua. Ketidakpercayaan orang Papua terhadap Indonesia wajar. Sebab, bagaimana mungkin Indonesia menyatakan cintanya kepada orang Papua dengan mengirim pasukan militer ke tanah Papua?

Kehadiran pasukan militer berlebihan di tanah Papua membuat orang Papua tidak merasa nyaman. Di tanah Papua, kita lebih mudah menjumpai tentara dan polisi ketimbang dokter, mantri, perawat, guru, petugas pertanian, peternakan dan perikanan. Rumah NKRI di Papua diwarnai oleh tentara dan polisi. Sedangkan, sumber daya manusia (SDM) orang Papua yang masih tertinggal, yang membutuhkan guru dan tenaga kesehatan terabaikan.

Pemerintah Indonesia mendirikan rumah NKRI di Papua tidak berasaskan kesetaraan. Orang Papua masih dilihat sebatas pemberontak yang perlu ditumpas. Setiap gerakkan menuntut keadilan selalu dibungkam dengan kekuatan militer.

Selama ini, pemerintah Indonesia telah gencar melakukan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, bandara dan pelabuhan. Tetapi, pembangunan infrastruktur itu untuk siapa? Sebab, SDM orang Papua tetap tertinggal. Selain itu, orang Papua lebih banyak mati, baik karena penyakit seperti HIV-AIDS, TBC, malaria dan berbagai penyakit lainnya maupun ditembak oleh militer Indonesia.

Di Papua, baik provinsi Papua maupun Papua Barat, infrastruktur dasar seperti gedung sekolah dasar, rumah guru, gedung Puskesmas Pembantu (Pustu) di kampung-kampung terabaikan. Pembangunan lebih fokus di perkotaan dan dinikmati oleh orang pendatang. Sedangkan, orang Papua yang tinggal di kampung-kampung terpencil tetap menderita lantaran tidak bisa mengakses pendidikan dasar dan layanan kesehatan.

Ketidakadilan bagi orang Papua tampak jelas dan terang benderang. Pemerintah Indonesia berupaya mempertahankan orang Papua agar tetap tinggal di dalam rumah NKRI, tetapi sekaligus tetap melakukan pendekatan represif terhadap orang Papua. Selama ini, pemerintah Indonesia tidak mau membuka ruang perundingan/dialog dengan orang Papua untuk menyelesaikan permasalahan Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun