Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Generasi Asmat dalam Pusaran Badai HIV-AIDS

5 Februari 2020   14:49 Diperbarui: 6 Februari 2020   10:59 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi HIV-AIDS bersama Mama-Mama kader Posyandu kampung Saw, Jumat, (24/01/2020). | Foto: Dokumentasi Pribadi

***

Peran Gereja-Gereja Asmat

Suasana rapat bersama Yayasan Alfons Suwada keuskupan Agats dan RSUD Agats membahas kerjama penanganan pasien HIV-AIDS di Asmat, Rabu, (22/01/2020). Dokpri.
Suasana rapat bersama Yayasan Alfons Suwada keuskupan Agats dan RSUD Agats membahas kerjama penanganan pasien HIV-AIDS di Asmat, Rabu, (22/01/2020). Dokpri.

Sejak tahun 1953, misionaris Katolik, Pastor Edward Zegward MSC mulai menetap di Asmat. Ia membaptis orang Asmat menjadi anak-anak Allah dalam Gereja Katolik. Di sebelah Selatan, tepatnya di Pantai Kasuari, daerah orang Sawi, Pendeta Don Richardson tiba di sana.

Ia memperkenalkan Yesus kepada orang-orang suku Sawi. Kehadiran Gereja, baik Katolik maupun Protestan, telah membawa orang Asmat berjumpa dengan peradaban baru. Selain mewartakan Injil Yesus Kristus, para misionaris membuka sekolah-sekolah formal, pelayanan kesehatan dan ekonomi bagi orang Asmat.

Setelah 67 tahun (1953-2020), Asmat tidak hanya dilayani oleh Gereja Katolik dan GIDI. Kini, di Asmat telah hadir Gereja Kristen Injili (GKI) tanah Papua, Gereja Protestan Indonesia (GPI), Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI), Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Gereja Bethel, Gereja Bethel Gereja Pantekosta (GBGP) dan Gereja Adven Masehi Hari Ketujuh.

Para Pastor dan Pendeta telah membaptis orang Asmat menjadi anak-anak Allah. Melalui pembaptisan, orang Asmat menjadi warga Gereja. Sejak pembaptisan itu pula, hidup dan masa depan orang Asmat, selain berada dalam tanggungjawab tua-tua adat, tetapi juga menjadi tanggung jawab Pastor dan Pendeta yang telah membaptis mereka. Karena itu, Pastor dan Pendeta bertanggung jawab atas hidup dan masa depan orang Asmat sejak pembaptisan sampai akhir hayat.

Salah satu tanggung jawab Gereja, melalui para pelayannya, Pastor dan Pendeta adalah memastikan bahwa jemaatnya tidak mengonsumsi Miras dan tidak berperilaku seks bebas, yang akan berdampak pada terinfeksi HIV-AIDS.

Kondisi persebaran HIV-AIDS di Asmat yang meningkat dari tahun ke tahun, seharusnya menggerakkan hati para pelayan Tuhan di Asmat untuk terlibat dalam usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit mematikan ini.

Gereja Katolik keuskupan Agats, di pengujung tahun 2017, mulai aktif kembali mengadvokasi isu HIV-AIDS di Asmat. Pada saat lokakarya HIV-AIDS di Asmat, 14 November 2017, yang diselenggarakan oleh LANDASAN KOMPAK Papua, Pastor Hendrik Hada, Pr hadir dan membawakan materi tentang pelayanan terhadap para penderita HIV.

Di Sawa Erma, Pastor Vince Cole, MM dan timnya telah memulai pendekatan pribadi kepada keluarga-keluarga yang anggota keluarganya terindikasi HIV untuk dilakukan tes HIV. Pada tahun 2018, keuskupan Agats, melalui PSE dan SKP keuskupan Agats memulai kampanye HIV-AIDS. Kegiatan tersebut meliputi pertemuan siswa/i SMP-SMA dan pembina OSIS/Pramuka dan sosialisasi ke SMP dan SMA di kota Agats.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun