Di asrama itu, Yuliana tinggal dan merajut masa depannya. "Setelah tamat dari SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam, saya meneruskan sekolah ke SMP YPPK St. Yohanes Pemandi Agats," tutur Yuli saat ditemuai staf LANDASAN Papua di Gereja Katolik St. Martinus de Pores Ayam, (26/7).Â
Yuli meneruskan kisahnya. "Saya sekolah di SMP hanya satu tahun. Kemudian, saya pulang ke kampung Ayam. Bapa jemput saya untuk pulang ke kampung Ayam karena ada Pak Guru yang selalu tulis surat minta saya kawin dengan dia dengan dia.Â
Saya kasih tahu ke Bapa bahwa ada Pak Guru yang biasa tulis surat untuk saya. Waktu itu, Bapa marah dan jemput saya di asrama susteran di Agats dan kembali ke Ayam," tutur Yuli dengan mata berkaca-kaca mengenang kembali kisah menyedihkan yang dialaminya puluhan tahun silam.I
mpian Yuli menjadi "orang besar kandas". Ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya berhenti sekolah dan kembali ke Ayam. "Waktu itu, Bapa tidak pikir saya untuk lanjut sekolah. Dia takut Pa Guru itu bawa lari saya sehingga dia jemput saya pulang ke kampung Ayam. Saya sedih karena berhenti sekolah. Tetapi, saya tidak bisa lawan Bapa untuk tetap sekolah di Agats karen saya takut Bapa pukul saya."
Sekembalinya dari Agats, Yuli yang saat itu menginjak usia remaja tinggal di rumah dan membantu kedua orang tuanya. Sebagaimana lazimnya perempuan Asmat, ia bersama orang tua pergi ke dusun mencari makanan. Ia menyelesaiakan berbagai pekerjaan mulai dari memasak, mencuci dan mencari kayu bakar serta pergi ke dusun.
Setelah sekian lama tinggal di kampung, Yuli jatuh cinta pada pemuda kampung, yang berprofesi sebagai guru yaitu Isais Besarpits. Keduanya menikah dan dikarunia empat orang anak. Dua anak laki-laki dan dua lainnya perempuan. Setelah hidup bersama, pada tahun 1996, suaminya meninggal. Yuli menjadi janda.Â
Sepeninggal suaminya, Yuli berjuang membesarkan keempat buah hatinya. Dalam perjalanan hidupnya, Yuli berjumpa dengan seorang pemuda asal Biak, Karma. Keduanya saling jatuh cinta. Yuli merajut bahtera rumah tangga bersama Karma pada tahun 1998. Keduanya dikaruniai  2 orang anak, putra dan putri.Â
"Saya kawin lagi dengan Bapa Karma, orang Biak. Kami dapat dua anak, Monika dan Xanana. Monika sudah kawin. Sedangkan, Xanana masih sekolah di SMA YPPK Yan Smit, Agats" tutur Yuli.
 ***
Meskipun tidak tamat SMP, Yuli tidak sungkan tampil di kampung. Ia terlibat di dalam kehidupan menggereja di Paroki St. Martinus de Pores, Ayam. Ia menjadi anggota Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) urusan kesehatan. Di lingkungan Waw Cesau, ia terlibat dalam doa lingkungan dan memimpin lagu (koor) pada saat Misa di gereja Paroki.Â