Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Harapan Sosok Pengawal Harta Karun Perairan dari Papua Barat

4 Juni 2019   08:35 Diperbarui: 4 Juni 2019   13:33 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelayan Penangkapan Ikan Kerapu Kaimana (sumber: Infofakfak.com)

Tulisan ini merupakan salah satu artikel dari rencana pengembangan Jurnal Konservasi Kaimana yang belum terlaksana karena berbagai alasan, termasuk kesibukan penulis selaku Apartur Sipil Negara dan beberapa hal teknis lainnya. 

Tulisan ini mengurai harapan salah satu sosok masyarakat adat Kabupaten Kaimana akan kelestarian sumber daya perikanan di wilayah yang secara administrasi pemerintahan berada di Provinsi Papua Barat tersebut.

Kabupaten Kaimana tidak saja dikenal sebagai kota senja atau kabupaten senja, tetapi juga dikenal sebagai istana "kerajaan ikan,". Kelimpahan sumber daya perairan kabupaten ini didukung dengan kearifan lokal masyarakat setempat yang melihat bumi sebagai ibu, yang memberikan susu dan madu. Ibu yang memberikan kehidupan.

Masyarakat Kaimana dan Papua umumnya sadar bahwa hanya dengan menjaga alam, mereka bisa ada dan hidup. Hal ini juga terjadi di Kampung Lobo, Distrik Kota Kaimana, Kabupaten Kaimana. 

Masyarakat yang hidup dihamparan pesisir Kawasan Indah Teluk Kaimana ini melihat laut sebagai sumber kehidupan, karena itu mereka sangat mendukung upaya-upaya konservasi dalam menjaga dan melestarikan sumber daya perairan.

Beberapa waktu yang lalu di Pusat Kota Kaimana tepatnya awal November 2018 saya menemukan sosok yang peduli dan terlibat penuh dalam menjaga dan mengawasi kekayaan alam laut perairan Kaimana.

Abraham Wariensi, Koordinasir Kelompok Pengawas Masyarakat di Kawasan Konservasi Perairan Kaimana Kota (foto: dokpri)
Abraham Wariensi, Koordinasir Kelompok Pengawas Masyarakat di Kawasan Konservasi Perairan Kaimana Kota (foto: dokpri)

Dia adalah Abraham Wariensi, tokoh dan pemuka adat Kampung Lobo, Distrik Kota Kaimana yang mendedikasikan hidupnya sebagai Koordinator Kelompok Pengawas Masyarakat di Pos Pengawasan Nusrom, Kampung Lobo -Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kaimana Kota.

Setelah ia mendampingi tim kunjungan lapangan Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat dan Conservation Internasional Indonesia Program Papua Barat saya memiliki kesempatan untuk mewawancari pria yang bertampang tegas tersebut.

"Saya sudah tujuh tahun menjadi koordinator kelompok pengawasan masyarakat (Pokwasmas), lima tahun bersama Conservation International Indonesia, sekarang dua tahun dibawah pendampingan Dinas Kelautan Provinsi Papua Barat," ujarnya saat ditemui Jurnal Konservasi Kaimana di Kaimana, awal November 2018.

Lelaki tegap pensiunan guru Sekolah Dasar dan aktif dalam pelayanan gereja ini mengakui menjadi kelompok pengawas perairan karena tekad dan keinginannya untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam perairan Kaimana. Ia menyadari bahwa sumber daya alam perairan ini tidak saja menjadi milik generasi masa kini tetapi juga milik anak cucu di masa yang akan datang.

"Saya sedih, karena sebagian masyarakat kita tidak mengerti bahwa ikan ini tidak saja untuk kita saat ini tetapi juga miliki anak cucu kita, maka kekayaan ini perlu dijaga. Itulah semangat yang mendorong saya untuk terlibat," kata Abraham yang juga merupakan tokoh adat Kampung Lobo, Distrik Kota Kaimana.

"Suka duka menjadi pengawas ini sedih dan kecewa jika masyarakat tidak mengerti bagaimana menjaga dan melestarikan sumber daya alam ini. Alam ini untuk kepentingan kita, bukan kepentingan CI (conservation International, red), bukan juga kepentingan siapa-siapa. Yah untuk kepentingan masyarakat itu sendiri," ujarnya.

Hal lain yang membuat dia menekuni kegiatan pengawasan di perairan karena masih banyak masyarakat belum sadar bahwa laut adalah sumber kehidupan.

Abraham Wariensi bersama sejumlah petugas melakukan kegiatan pengawasan di Kawasan Konservasi Perairan Kota Kaimana (foto: dokpri)
Abraham Wariensi bersama sejumlah petugas melakukan kegiatan pengawasan di Kawasan Konservasi Perairan Kota Kaimana (foto: dokpri)

"Pertama kita lihat laut itu saja, banyak orang jaring. Dan daerah-daerah yang kita sudah tahu bahwa itu tempat ikan makan rame sudah berkurang. Masyarakat ini tidak semua baik, masih ada yang suka menangkap penyu, koruptor penyu, narapidana penyu. Bayangkan kadang semalam saja orang bisa bunuh penyu 10-30 ekor," ujar Abraham.

Namun ia mengakui sejak LSM CI dan dirinya terlibat dalam kegiatan pengawasan tetapi juga memberikan pemahaman kepada masyarakat perburuan penyu sudah mulai berkurang. Abraham merasa bangga ketika kesadaran itu ada karena hasilnya pun nyata, perburuan penyu sudah berkurang.

"Sekarang sudah tidak. Sekarang kita berusaha agar penyu ini terlindung lagi, membiarkan penyu ini hidup. Dulu saya juga bagian dari itu, tapi sekarang kita hadapi masalah, tapi kita tetap berusaha," ujarnya.

Selama menjalankan tugas sebgagai koordinator Pokwasmas, dirinya sudah beberapa kali menemukan dan menangkap orang-orang yang menangkap ikan dengan jaring dan masuk dalam zona larang tangkap. "Pernah tangkap orang. Orang yang menggunakan jaring kami tangkap. Juga orang yang berlabuh di tempat tabungan ikan kita ingatkan untuk menjauh dari zona itu," ujarnya. 

"Tempat berpijahnya ikan itu tidak boleh ada aktivitas apapun. Biarkan ikan nyaman bertelur dan berkembangan biak. Itu yang selalu kami awasi dan kami terus sampaikan kepada masyarakat yang ada. Aktivitas mancing tidak boleh didaerah itu, harus keluar dari situ," tegasnya.

"Saat kita dapat mereka menangkap dekat daerah larang tangkap, kita giring mereka untuk berlabuh diluar atau menjauh dari daerah yang ditetapkan sebagai kawasan ikan bertelur itu," kisahnya menambahkan.

Dijelaskannya untuk masyarakat lokal sosialisasi untuk menjaga sumber daya perairan itu sangat mudah. Susahnya ketika berhadapan dengan nelayan luar. "Kalau masyarakat kampung kan jika kita kasih tahu baik-baik maka mereka akan turuti," ujarnya.

Ia berharap, sumber daya perikanan diperiaran bisa dinikmati oleh anak cucu kelak. Karena sumber daya perairan, khusus ekosistem perairan merupakan harta karun yang tidak saja dinikmati saat ini tetapi jugga harus disimpan untuk anak cucu di masa yang akan datang.

"Harapan kita itu adalah bagaimana ikan ini bisa tinggal sampai selesai, bahkan anak cucu kita semua bisa menikmatinya, ikan berkembangan terus dan terumbu karang juga tidak rusak," ujarnya.

Diakhir perbincangannya, ia meminta semua pihak khususnya nelayan untuk tidak lagi menangkap ikan dengan cara-cara yang tidak ramah. Tidak lagi gunakan bom atau tidak lagi menggunakan jaring.

Salah satu sudut pemandangan di Kawasan Teluk Triton, Kabupaten Kaimana (foto: Dokpri)
Salah satu sudut pemandangan di Kawasan Teluk Triton, Kabupaten Kaimana (foto: Dokpri)

"Saya harap masyarakat tidak boleh lagi tangkap ikan pake jaring, tangkap pake bom atau segala yang merusak, kita jaga sama-sama laut ini. Kita jaga ikan kita sebagai sumber kehidupan kita bersama saat ini dan anak cucu di masa depan," ungkapnya.

"Ikan itu harta karun kita, mari kita jaga. Siapa lagi yang menjaga kalau bukan kita," ujarnya dengan tanya.

Semoga tulisan ini melecut semangat anak nusantara untuk mengawal dan menjaga sumber daya perairan nusantara. Kita perlu mendukung upaya-upaya masyarakat lokal dalam menjaga kekayaan sumber daya perairan yang kita miliki sehingga kisah dan kebanggaan kita sebagai negara maritim tidak hanya menjadi kisah dan legenda bagi anak cucu di masa mendatang tetapi mereka juga menikmati kelimpahan sumber daya perairan nusantara.

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memulai langkah penting dalam mengawal kekayaan sumber daya perairan dengan tidak membiarkan nelayan asing meraja lela di perairan nusantara, tetapi upaya pemerintah itu perlu juga didukung upaya dan kearifian local masyarakat Nusantara. (Petrus Rabu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun