Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Saja Kita Berpijak pada Filsafat Thales

6 Desember 2017   13:22 Diperbarui: 6 Desember 2017   13:41 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak Tanah Longsor Akibat Hujan (foto: pacitannews.com)

Akhir-akhir ini kita sering dihadapkan dengan berbagai bahaya banjir, tanah longsor, meluapnya sungai-sungai/kali baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Akibatnya banyak kerugian yang timbul. Itulah kondisi dunia ketika datangnya musim hujan sebagaimana yang dialami sebagian wilayah di Indonesia saat ini.

Beda lagi jika musim kemarau datang. Sumber-sumber mata air menjadi kering. Areal-areal persawahan penduduk menjadi kering kerontang. Tak hasil dan ada panenan. Para petani dan pekerja kebun mengeluh kekurangan pangan. Bahkan ada yang jatuh miskin. 

Di beberapa wilayah hewan-heman piara atau ternak menjadi korban. Bahkan ada beberapa ekosistem penting disekitar kehidupan kita menjadi rusak dan hancur.

Itulah kekuatan air dalam kehidupan kita. Air tidak saja menjadi sumber berkat tetapi juga mendatang bencana dan bahaya yang luar biasa jika sumber daya air ini tidak dikelola dengan bijak.

Jalan Laguboti-Parsoburan Km 7 Terputus Akibat Longsor . (foto:bataktoday.com)
Jalan Laguboti-Parsoburan Km 7 Terputus Akibat Longsor . (foto:bataktoday.com)
Sejumlah pakar baik dibidang ekologi maupun di bidang ilmu alam selalu mengajak kita untuk menata dan mengelola sumber daya air ini dengan baik. Ajakan untuk melakukan reboisasi atau menanam kembali daerah-daerah yang gundul merupakan salah satu cara untuk menata dan mengelola sumber daya air dengan baik.  Dilarang menebang pohon pada sumber-sumber mata air atau kawasan hutan juga bertujuan agar air selalu tersedia bagi kehidupan kita.

kekeringan (foto: www.wartanasional.com)
kekeringan (foto: www.wartanasional.com)
Karena apa? Air begitu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tapi kadang air juga bisa mendatang bencana jika kita mengabaikannya.

Melihat kenyataan-kenyataan seperti ini mungkin baik kita belajar dari cara pandang Thales.  Thales merupakan filsuf Yunani kuno yang hidup antara  625-545 SM . Aristoteles menjuluknya sebagai Bapak Filfasat karena Thales merupakan filsuf pertama yang mulai berpikir secara rasional untuk menentang mitos-mitos dan dogeng yang berkembang di kala itu terkait asal-muasal segala sesuatu yang ada di dunia ini.

Untuk mencari hakikat asal mula dari alam semesta ini, Thales memang melepaskan diri dari ikatan takhayun dan mitos-mitos atau kepercayaan umum di waktu itu. Berdasarkan pengalamannya, baik bagi orang pesisir, sebagai saudagar yang suka berlayar di lautan, maupun pengalamannya menyaksikan kehidupan penduduk Mesir yang hidupnya bergantung kepada sungai Nil, maka semuanya dijadikan landasan berpikir untuk mencari jawaban mengenai asal mula kejadian alam ini, yakni "semuanya berasal dari air".

Ini merupakan salah satu pokok pikiran ajaran Thales. Thales benar-benar mendewakan air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air.

Sebagai dasar pemikirannya, Thales memberikan argument yang rasional, bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang, lahir di tempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri makan sesuatu yang lembab dan kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air.

Perkataan Thales tersebut memberikan pemikiran yang lebih mendalam lagi, yaitu bahwa "semuanya adalah satu". Pikiran ini adalah pemikiran radikal dan masih baru pada zaman itu, sehingga untuk diterima oleh masyarakat sekitarnya juga agak susah.

Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada, juga yang menyebabkan akhir dari segala yang ada itu. Dunia ini diawali oleh air dan berakhir juga karena air, atau dengan perkataan filsuf, air adalah subtract (bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka tak ada jurang pemisah antara hidup dan mati. Semuanya satu.

Kepercayaan batin Thales adalah animisme. Yaitu kepercayaan bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang meyatakan bahwa jagat raya ini memiliki jiwa dengan nama hylezoisme.

Terlepas dari cara pandang Thales untuk memberikan pendasaran rasional terhadap asal muasal dunia ini, bahwa air sumber dari segala sesuatu. Yang kemudian banyak ditentang oleh filsuf dan pemikir-pemikir modern. Juga para teolog-teolog dunia. Namun satu yang briliant bahwa Thales sejatinya mau mengajarkan kita suatu kenyataan bahwa air itu jangan dianggap sepele

Jika saja kita berpijak pada cara pandang Thales, mungkin saja musibah-musibah banjir yang sering melanda tanah air kita akhir-akhir ini tidak akan terjadi. Kita pasti memiliki cara pandang dan perilaku yang benar-benar menata dengan bijak sumber daya air yang kita miliki. . Toh realiatanya kita membutuhkan air. Jika saja kita tidak mengola dan menata sumber daya air kita dengan baik, maka kita siap-siap kelaparan dimusim kemarau dan siap-siap menghadpi banjir dan tanah longsor di musim hujan.

Berikut Profil Singkat Thales yang saya kutif dari Wikipedea Berbahasa Indonesia

Thales

  • Lahir : 624--625 SM
  • Meninggal :  547--546 SM
  • Aliran         : Filsafat Ionian, Mazhab Miletos, Filsafat Alam
  • Minat utama:        Etika, Metafisika, Matematika, Astronomi
  • Gagasan penting :          Air adalah prinsip dasar segala sesuatu.

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama' Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik.  Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun