Mohon tunggu...
Petra Teofani
Petra Teofani Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Senja tak pernah menguasai hari, namun ia mengguratkan rindu pada sanubari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen| Ketika Aku Mencintai Api (3)

29 Agustus 2019   10:18 Diperbarui: 7 Februari 2020   07:44 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/welweddings/

Masih lekat dalan ingatanku ruangan konseling yang rapi dengan wanita paruh baya duduk di belakang meja berlapis kaca. Gincu merah di bibirnya yang tipis bukanlah satu-satunya yang kuingat tentangnya. Ada lagi. Aku cukup yakin wanita itu gemar menasihatiku untuk melupakan seseorang.

Lupakan....

Lupakan tentang dia....

Lupakan semua yang pernah terjadi....

Dan kamu akan kembali bahagia....

Sayang nasihat itu tak pernah mempan untukku.

----------------------------

Tangan kurus Talia menggenggam tanganku erat tatkala kami duduk di bawah pohon kamboja kuning.

"Kamu akan sembuh," kataku pelan. Ia hanya tersenyum tipis.

"Jangan menipu diri sendiri, Ar," dengan halus ia menjawab. Matanya yang sayu dibingkai wajah tirus menatapku.

"Aku sudah lelah. Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabat-sahabatku semua mengatakan itu. Tapi kumohon, jangan kamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun