Masih lekat dalan ingatanku ruangan konseling yang rapi dengan wanita paruh baya duduk di belakang meja berlapis kaca. Gincu merah di bibirnya yang tipis bukanlah satu-satunya yang kuingat tentangnya. Ada lagi. Aku cukup yakin wanita itu gemar menasihatiku untuk melupakan seseorang.
Lupakan....
Lupakan tentang dia....
Lupakan semua yang pernah terjadi....
Dan kamu akan kembali bahagia....
Sayang nasihat itu tak pernah mempan untukku.
----------------------------
Tangan kurus Talia menggenggam tanganku erat tatkala kami duduk di bawah pohon kamboja kuning.
"Kamu akan sembuh," kataku pelan. Ia hanya tersenyum tipis.
"Jangan menipu diri sendiri, Ar," dengan halus ia menjawab. Matanya yang sayu dibingkai wajah tirus menatapku.
"Aku sudah lelah. Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabat-sahabatku semua mengatakan itu. Tapi kumohon, jangan kamu."