Mohon tunggu...
Peter Writer
Peter Writer Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Cyber Help Me!"

20 November 2017   23:16 Diperbarui: 20 November 2017   23:29 4048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Zaman sekarang, merupakan zaman dimana teknologi berkembang sangat cepat, tentu saja cyber juga termasuk dalam unsur teknologi tersebut. Tak bisa di elakan, sekarang ini, para 'budak' cyber semakin banyak, apalagi di golongan pemuda, lajur penggunaan nya semakin berkembang dan sangat tajam. Lalu apakah dampak dari perkembangan cyber ini terhadap Indonesia sendiri?

            Kalau dilihat dari fenomena saat ini, Indonesia sedang berada di dalam suatu kondisi, yaitu bonus demografi. Bonus demografi sendiri merupakan kondisi dimana jumlah usia produktif lebih banyak daripada usia muda ataupun tua. Hal ini jelas sangat bermanfaat bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun politik. Kalau di lihat dari segi ekonomi sendiri, jelas Indonesia sangat di untungkan karena Indonesia akan mempunyai SDM yang sangat melimpah. 

Kalau di lihat dari segi politik? Hal ini merupakan pertaruhan bagi Indonesia sendiri, mengapa? Karena melimpahnya para pemilih baru, jelas akan menjadi boomerang bagi perpolitikan Indonesia, jika di manfaatkan oleh oknum politik yang bertanggung jawab. Hal tersebut mengarah kan kondisi pemuda Indonesia ke dua pilihan, yaitu menjadi aktivis politik atau budak politik?

            Kenapa ada kesimpulan begitu?, kalau dilihat dari sejarah sendiri, peran pemuda sangatlah krusial dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia sendiri, baik itu sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Sementara, hal kebalikan juga bisa terjadi, terkait kegiatan politik kotor, berupa black campaign dll. Maka dari itu, para pemilih baru harus benar benar di arahkan agar kondisi perpolitikan di Indonesia tetap sehat serta menimbulkan iklim yang bagus. 

Selain itu, para pelaku politik, baik itu calon calon wakil rakyat maupun partai partai, memanfaatkan keterkaitan antara teknologi dengan kaum muda berupa kampanye cyber help me! Mengapa begitu, hal tersebut sangat terlihat ketika PILKADA DKI Jakarta April lalu. Dimana Ahok dan Djarot sebagai 'juara bertahan' melawan 'penantangnya'Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Dimana peran cyber begitu krusial dalam menentukan hasil poling suara, pasangan Ahok dan Djarot yang sudah diatas angin tiba tiba merosot tajam saat kasus penistaan agama menimpa Ahok.

            Hal tersebut dapat dilihat dari elektabilitas berupa data hasil survey yang dilakukan Lembagai Survey Indonesia(LSI) Dennis JA, dimana,  elektabilitas suara Berdasarkan data yang dimiliki LSI, sebelum ditetapkan sebagai tersangka, elektabilitas Ahok berada di 24,6 persen. Sedangkan setelah ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama, elektabilitas Ahok anjlok hingga berada di angka 10,6 persen. 

Dapat diketahui bahwa, media sosial, sangat berpengaruh dalam penyebaran tersebut, baik berupa video maupun komentar-komentar orang di media sosial. Oleh karena itu, jika dilihat dari fenomena PILKADA DKI Jakarta 2017 kemarin yang berlangsung sangat seru dan banyaknya antusiasme para pemilik baru, bukan tidak mungkin PILPRES 2019 akan berlangsung sangat ketat dan banyak terjadi persaingan politik yang tidak sehat.

             Oleh karena itu, diharapkan adanya pengarahan, baik dari pemerintah maupun orang-orang terdekat kepada para pemilih-pemilh baru, karena dunia politik yang kejam akan lebih kejam lagi jika di bantu dengan media massa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun