Mohon tunggu...
Husaini Algayoni
Husaini Algayoni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kolumnis

Dalam seruputan secangkir kopi ada imajinasi. Hobi membaca, menulis, travelling, menonton, mendengar musik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kata-kata Kaum Medsos Menjelang Pemilihan Presiden

19 April 2018   03:28 Diperbarui: 19 April 2018   03:37 3253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Sijuki.com

Kata-kata membuat Indonesia gaduh oleh elit politik maupun kaum pengguna media sosial, kata-kata terucap dari bibir pengguna media sosial yang mempunyai akal, kata-kata tesebut untuk mendukung kelompoknya dan menyerang kelompok lain dengan kata-kata yang tak layak terucap dari bibir orang-orang berakal atau orang yang mengucapkan kata tersebut adalah orang yang tidak mempunyai akal atau akalnya tidak sehat. Kata-kata bermain menjelang pemilihan presiden 2019 menjadi pemecah belah persatuan bangsa hanya untuk kepuasan politik yang bernafsu menjadi penguasa di negeri tercinta ini.

Kata-kata pemecah belah terlontar dari para elit politik yang seharusnya elit politik menjadi corong pendidikan berpolitik yang baik justru elit politiklah menghancurkan politik dengan cara murahan, kemudian para pendukungnya yang labil berkumpul di media sosial saling sindir menyindir, saling bully membully, saling fitnah memfitnah dan menebar kebencian hingga terjadi perang kata-kata di media sosial. Apa sebenarnya yang terjadi di negeri ini, apakah tidak ada lagi rasa persaudaraan, apakah tidak ada lagi rasa kemanusiaan yang beradab, kemanakah pendidikan sekolah dasar masa lalu yang mengajarkan moral, etika dan akhlak. Oh kata-kata yang terucap dari bibir orang yang berakal justru melahirkan permusuhan dan kebencian.

Sefanatik itukah terhadap golongan, kelompok dan partai seoalah-olah hanya kelompok kalian saja yang paling benar sementara kelompok lain dimata kalian bagaikan musuh yang harus dibasmi hanya karena mengejar kekuasaan di negeri ini. Oh, saya rasa kalian tidak mempunyai akal sehat dalam berpolitik atau sedang mengalami sakit jiwa. Sekecam itukah berpolitik dizaman pragmatis ini yang semuanya boleh dilakukan dengan segala cara asalkan bisa menumpas lawan dengan cara apapun.

Sepertinya rakyat Indonesia khususnya kaum media sosial maupun para elit politik untuk menguatkan ilmu pengetahuan terlebih dahulu agar bisa mengeluarkan kata-kata yang bijak bukan lagi kata-kata sampah yang dikeluarkan dari bibir orang yang berakal, saya tahu para elit politik ilmunya sudah luas bahkan mempunyai titel yang mengkilap namun semua itu sirna ketika berurusan dengan nafsu urusan perut dan merebut kekuasan dan kepentingan bersama.

Begitu juga dengan para pendukungnya yang fanatik nan labil mudah mengelurkan kata-kata fitnah, menebar kebencian dan lain sebagainya, mendukung kelompoknya dengan cara mati-matian bahkan rela saling memaki dengan mengeluarkan kata-kata kotor, ah kata-kata yang terucap dari bibir orang yang berakal bahkan amat disayangkan ketika kata-kata kotor tersebut atau kata-kata menebar kebencain terucap dari orang yang berpendidikan.

Oleh karena itu seorang yang berpendidikan bahkan memiliki gelar sekalipun tidak terjamin bahwa dia adalah seorang yang bijak dan mempunyai budi pekerti yang baik, boleh jadi orang yang hanya kerjaannya sebagai tukang sapu lebih bijak dan mempunyai budi pekerti yang baik dari orang yang berpendidikan dan mempunyai gelar dibelakang nama. Maka dari itu, Sir Francis Bacon dalam risalahnya, de Haeresibus (1597) mengatakan "Ilmu adalah kekuatan" (Ipsa scientia potestas est). Bahwa hegemoni militer, politik dan ekonomi akan tumbang jika tidak didukung oleh pengetahuan. Lihat Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran (Jakarta: Gema Insani, 2008), 48.

Kata-kata fitnah, menebar kebencian dan melahirkan permusuhan itulah perbuatan kaum media sosial menjelang pemilihan presiden, kata-kata tersebut terucap dari orang-orang yang mempunyai akal tapi kenapa bisa terucap kata-kata yang tak layak didengar dari orang-orang yang berakal. Apakah mereka akalnya tidak sehat atau mereka sedang mengalami penyakit jiwa yang hanya disembuhkan lewat kata-kata fitnah, menebar kebencian hingga melahirkan permusuhan.

Saya sendiri pernah terjebak mengeluarkan kata-kata ujaran kebencian pada masa sebelum pemilihan presiden 2014 dan itu merupakan suatu perbuatan yang tak beradab dan itu merupakan sesuatu yang amat saya sesali dan masih teringat hingga hari ini oleh karena itu saya pribadi berusaha untuk menghindari perbuatan yang tak beradab tersebut karena kata-kata fitnah, menebar kebencian, saling membully dan lain sebagainya di media sosial adalah manusia yang berbahaya bagi manusia lainnya. Sudah saatnya generasi yang mau berpikiran positif untuk kemajuan bangsa dan agama menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun