Mohon tunggu...
Perra Paudiawati
Perra Paudiawati Mohon Tunggu... Lainnya - Perra. P

Perra Paudiawati UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Syari'ah dan Hukum Hukum keluarga 1 C 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dewi Kumari

31 Oktober 2020   07:20 Diperbarui: 31 Oktober 2020   08:19 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DEWI KUMARI
(Dewi Berwujud Gadis dari Nepal)
Nama : Perra Paudiawati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Abstract: Kumari or Kumari Devi is the tradition of worshipping prepubescent girl as manifestations of divine female energy or Devi in Hindu and Buddhist tradition. The word "kumari" is derived from Tamil Kumari () which means " young prepubscent girl". Hindu and Buddhist devotees bow their forehead on toes of living goddes the Kumari with high level of respect to fulfil their wishes. this article aims to explain about Kumari Devi which is a hereditary tradition in Nepal and about lifes of  " The Choosen Kumaris".

Abstrak:  Kumari atau Dewi Kumari adalah tradisi mengkuduskan gadis yang belum mengalami menstruasi sebagai jelmaan  dari dewi menurut kepercayaan Hindu dan Buddha. 'Kumari' diambil dari Bahasa Tamil Kumari () yang berarti " gadis yang belum mengalami menstruasi". penganut Hindu dan Buddha membungkuk dan bersujud di bawah kaki Kumari dengan penuh hormat untuk memenuhi harapannya. artikel ini akan membahas mengenai Dewi Kumari sebagai salah satu budaya turun-temurun di Nepal dan bagaimana kehidupan para gadis yang pernah "terpilih" menjadi Kumari.

kata kunci: Kumari, Living Goddes, Nepal, Dewi

PENDAHULUAN

Masyarakat Nepal percaya bahwa kehidupan mereka dijaga dan dilindungi oleh sesosok dewi yang bernama Dewi Taleju. Dewi Taleju kemudian bereinkarnasi dalam sosok anak perempuan yang belum pubertas yang dinamakan Kumari. sebuah kejadian penting mengenai pengkudusan Kumari terjadi pada tahun 1323. pada waktu itu, Hari Singh Deva memperkenalkan keluarganya dari India dan Dewi Taleju Bhavani dari Simraongadh. semenjak itu, Taleju mulai diakui sebagai dewi tertinggi di Nepal dan pelindung dari segala malapetaka sampai saat ini. setiap pergantian pemimpin, hal pertama yang dilakukan adalah membangun kuil bagi Dewi Taleju atau sekurang-kurangnya merenovasinya.
Beberapa legenda menceritakan mengenai asal-usul pengkudusan Kumari. 

Menurut suatu penelitian, Raja Jayaprakasa Malla (Raja Dinasti Malla berkebangsaan Nepal terakhir)  lah yang berhak  mendapat kredit terbesar sebagai yang pertama kali memprakarsai pengkudusan pada Dewi Kumari. Dikisahkan bahwa Raja Jayaprakasa Malla dan Dewi Taleju mendatangi suatu ruangan untuk bermain Tripasa. Semenjak saat itu, Sang Dewi selalu datang ke ruangan tersebut untuk bermain Tripasa bersama Jayaprakasa dengan perjanjian agar Sang Raja menahan diri untuk tidak memberi tahu siapapun mengenai pertemuannya dengan Dewi Taleju.

Pada suatu malam, istri Raja Jayaprakasa membuntuti suaminya ke dalam ruangan untuk mengetahui siapa gerangan yang sering Sang Raja temui setiap malam. Istri Raja Jayaprakasa pun melihat keberadaan Dewi Taleju. Sang Dewi marah besar. Ia pun membuat persyaratan jika Sang Raja ingin melihatnya kembali atau memanggilnya untuk melindungi negara, maka Sang Raja harus mencarinya diantara  kaum Newar  (Shakya) di Ratnawali disana  ia akan bereinkarnasi menjadi sesosok sesosok gadis di antara mereka. Dengan harapan menebus kesalahannya kepada Sang Dewi Pelindung, Raja Jayaprakarsa meninggalkan istananya dan pergi mencari gadis jelmaan Dewi Taleju.

METODE

Metode penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.

Studi kali ini menggunakan studi pustaka sebagai metode pengumpulan data yang utama. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang mendukung proses penulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun