Mohon tunggu...
Santy Permatasari
Santy Permatasari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan Muda

Sampai jumpa dikenyataan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pemimpin Toxic dan Cara Bertahan Dengannya

25 Agustus 2020   15:45 Diperbarui: 25 Agustus 2020   16:01 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita tau, bahwa seorang pemimpin memilik tanggung jawab menjaga kestabilan perusahaannya. Terkadang, seorang pemimpin juga harus menegur bawahannya jika ada suatu kesalahan. Meskipun demikian, memarahi karyawan dengan sangat berlebihan bisa membuat karyawan tertekan. Bahkan mempertontonkan marahnya di depan umum, membuat citra pribadi dia menjadi buruk dalam penilaian masyarakat.

Seorang pemimpin yang bersikap tidak bijaksana, tidak profesional, bahkan selalu mengedepankan ego, dan membawa masalah pribadi ke dalam organisasi/perusahaan, itu semua bisa disebut dengan Toxic Leader. Tentunya hal ini akan menjadi racun bagi perusahaan, kita sebagai karyawan harus menyiapkan mental yang benar-benar kuat untuk bertahan disana. Bahkan setiap hari akan selalu ada ultimatum-ultimatum yang ia lontarkan.

Termasuk juga dengan pemimpin yang selalu mengeluarkan kata-kata pedas bahkan kata-kata kasar untuk memaki bawahannya. Seperti halnya ia tidak ingin orang lain lebih hebat darinya, ia selalu memaki bawahannya kalau mereka tidak sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. 

Bahkan terkadang ia selalu mencari alasan tak masuk akal, untuk menyalahkan bawahannya. Seperti halnya ia sangat berambisi ingin menjadi yang terhebat, dan ia insecure dengan sikap kewibawaan dan kepemimpinannya. 

Biasanya tak banyak karyawan baru yang betah dengan pemimpin yang seperti itu. Hanya orang-orang lama dan orang-orang yang tidak peduli sekitarlah yang bertahan dengannya.

Tapi jangan terlalu takut dulu, karna ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membuat kita bertahan bekerja dengannya.

Pertama, bersikap fokus pada pekerjaan. Alih-alih membalas atau mempedulikannya, lebih baik kita focus pada pekerjaan kita sendiri. Mau dia menerima atau tidak, setidaknya kita sudah melakukan pekerjaan kita dengan baik. Jika kita bisa mengabaikannya, biasanya ia bosan dan tidak mau mengintimidasi kita lagi.

Kedua, batasi pergaulan anda dengan atasan. Sebisa mungkin kita harus menjaga jarak dengannya. Selama tidak ada kesempatan untuk bertatap muka dengannya, syukuri hal itu. Karna itu bisa membuat kita lebih fokus pada pekerjaan dan tidak membuat kita sakit hati karna perkataannya.

Ketiga, bangun relasi dengan karyawan lain. Tentunya pemimpin seperti itu pasti memarahi karyawan lain juga. Setidaknya bukan hanya kita, ada baiknya sesame karyawan kita saling berdiskusi tentang apa kegiatan dan masalah yang ada pada perusahaan tanpa sepengetahuan pemimpin toxic itu agar tidak terjadi masalah.

Cara terakhir yang bisa dilakukan, mungkin ketika dia sudah kebablasan dan kamu tidak kuat berada dalam suasana itu. Tidak ada salahnya kamu mencari pekerjaan dam perusahaan yang lain. 

Walaupun memang tidak menutup kemungkinan akan bertemu dengan pemimpin yang seperti itu, tapi setidaknya kita sudah belajar dan memahami bagaimana pemimpin yang toxic itu. Semoga, di perusahaan baru, anda lebih bisa dihargai disana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun