Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saya Bangga Pernah Jadi Wartawan (4)

17 Agustus 2021   11:24 Diperbarui: 17 Agustus 2021   11:32 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan saya biasanya ke Polres Ciamis bersama wartawan Suara Publik sebelum ke Tribunjabar, Andri M. Dhani, untuk menemui AKBP Zainuri Lubis (Kapolres Ciamis waktu itu). Kami kadang dibawa Zainuri ke TKP pembunuhan di Parigi, Cimerak, Cijulang, Ciamis Selatan, jauh sebelum terpisah dari Ciamis dan masuk ke wilayah Pangandaran.

Kapolres yang job terakhirnya di Mabes Polri jadi Kaur Penum dengan pangkat terakhir Brigjen itu memang dekat dengan wartawan di Ciamis, terutama saya dan Andri. Tiap ada kejadian, beliau sering mengabari saya dan memberikan keterangan tanpa diminta. Kalau TKPnya jauh, seperti ketika ada kasus santet susulan dan penebangan hutan liar juga di Ciamis selatan, beliau mengajak kami ke tkp, menumpang di mobil dinasnya.

Dokpri
Dokpri

Selain kasus santet, saat saya bertugas di Ciamis, mencuat juga kasus sodetan Citanduy. Kasus ini menyita perhatian publik. Kang Endi Sungkono juga memberikan perhatian besar terhadap kasus yang melibatkan dua wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat tersebut. Buktinya, laporan saya soal sodetan, kerap jadi headline halaman daerah HU Pikiran Rakyat.

Karena gencarnya pemberitaan, Menteri Erna Witoelar  (kalau tak salah beliau Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah) pernah datang ke Ciamis menggunakan pesawat ke  Bandar Udara Nusawiru, Cijulang, Ciamis. Saya, bersama Andri M Dhani dan wartawan Republika Edi, menyambut dan langsung mewawancai Menteri begitu turun dari pesawat di Cimerak.

Untuk melihat Citanduy yang akan disodet, saya juga pernah diajak tour oleh Procit (Projek Citanduy)  atau Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy yang kantornya di Kota Banjar, menyusuri Sungai Citanduy menggunakan perahu. Turut hadir juga wartawan Kompas, Media Indonesia, media lokal, dan beberapa kru TVRI.

Sodetan itu, karena warga selatan Ciamis menolak dan penolakannya diberitakan  secara gegap-gempita, akhirnya dibatalkan pemerintah pusat. Projek bernilai besar yang rencananya dari pinjaman luar negeri itu, dihentikan untuk selamanya.

Saya juga ingat, saat di Ciamis pernah memberitakan soal Empat Sekawan. Bukan grup lawak, tentu. Mereka adalah empat pejabat di lingkungan Pemkab Ciamis yang semula jadi orang dekat dan kepercayaan Bupati Ciamis H. Oma Sasmita (almarhum), tapi kemudian berencana mundur dari jabatannya. Mereka akan mundur karena tak sepaham dengan kebijakan Bupati Oma.

Berita yang saya kirimkan ke Kabar Priangan itu, sempat "best seller". Kabar Priangan berisi berita tersebut, habis tak tersisa di Ciamis. Saya yakin, Pemred Kabar Priangan waktu itu, Kang Wawan Djuwarna, masih ingat momen manis yang menyebabkan Kabar Priangan makin diperhitungkan di Priangan Timur.

Yang masih selalu dikenang, pejabat daerah di Ciamis, termasuk anggota DPRD, sangat hormat dan menghargai wartawan, terutama wartawan PR. Mereka pun selalu ingin diwawancarai. Orang bilang mewawancarai Bupati Oma itu susah, tapi tidak bagi saya. Beliau bisa dengan mudah saya temui.

Sudah menjadi rahasia umum, pejabat tertentu di manapun, sering memberikan akomodasi kepada wartawan. Di Ciamis juga berlaku. Saya, terus terang kerap menerima akomodasi tersebut sepanjang tidak akan mempengaruhi isi berita. Namun kalau akan mempengaruhi berita, jelas saya tolak mentah-mentah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun