Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Si Kabayan di Hari Pertama Puasa

6 Mei 2019   10:50 Diperbarui: 7 Mei 2019   04:20 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar rekaan penulis

Si Kabayan, di bulan Ramadhan kali ini memasang target tinggi. Ia ingin tamat puasa, dari awal hingga akhir Ramadhan.

Saya teh ketika kecil mampu menjalani puasa dengan baik, kuat menahan lapar dan dahaga dari pagi hingga jelang Magrib. Kini juga harus mampu! Demikian kata hatinya, yang kemudian disampaikan kepada istrinya, Iteung, setelah ada pengumuman dari pemerintah bahwa puasa tahun ini jatuh pada Senin (6/5).

"Syukur atuh Akang, kalau mau puasa mah. Memang sudah seharusnya. Akang teh sudah tua, sudah pantas memberi contoh kepada yang lain, minimal kepada Iteung," ujar Iteung, usai mendengar Kabayan menyampaikan tekadnya.

"Iya, Teung, doakan Akang, ya!" Iteung pun mengangguk, senang.

SEKITAR pukul 11 siang, Si Kabayan terbangun dari tidurnya. Sehabis Imsyak dan solat Subuh, Kabayan memang tidur lagi. Kepada istrinya ia bilang, di hari pertama puasa tidak akan ke ladang. Ia mau di rumah saja.

Kabayan keluar dari kamar tidurnya, berniat ke kamar mandi. Di dapur, sebentar berhenti. Matanya tertuju kepada kopi hitam asli Gunung Padang, Cianjur, kiriman Abah Ruskawan, sahabat mertuanya. Sambil masuk kamar mandi, ia tersenyum.

Sambil bersiul, sekeluarnya dari kamar mandi, Kabayan menyeduh kopi. Aromanya dahsyat, apalagi karena gulanya bukan gula pasir, tetapi gula olahan gula merah asli atau istilah Si Kabayan mah gula kawung.

Dibawanya kopi hangat itu ke teras rumah. Tak lupa, ia membawa rokok di kamarnya. Siang hari, minum kopi sambil merokok di teras rumah, pasti asyik. Demikian batinnya.

Di teras rumah, dihirupnya aroma kopi pegunungan khas Cianjur itu. Luar biasa wanginya, batinnya, sambil menggerakkan kepalanya.

Segera kopi itu dicicipi. Namun belum juga kopinya sampai di lidah, Iteung datang kemudian menyadarkan Kabayan. Iteung saat itu baru pulang dari warung membeli pisang untuk kolek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun