Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bioskop Pasifik dan Seulas Sejarah Gejolak Politik Lokal

16 September 2018   07:36 Diperbarui: 16 September 2018   15:56 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto tatarsumedang.blogspot.com

Pasifik adalah salah satu bioskop yang pernah berdiri di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Selain Pasifik, di Kota Tahu ini pernah ada juga Bioskop Diana. Sayang, keduanya sekarang sudah berubah fungsi. Namun demikian, bukti bangunannya masih ada bahkan berdiri megah.

Menurut catatan, Pasifik termasuk bangunan tua di Kabupaten Sumedang. Berdiri tahun 1920-an, bangunan ini diresmikan oleh Pangeran Soeria Soemantri. Adapun yang membangunnya, termasuk konseptornya, adalah bangsawan Belanda, Boeseedan.

Berdasarkan sejarahnya, bioskop ini pernah berganti nama beberapa kali. Setelah dibangun dengan nama Bioskop Pasifik, kemudian berganti nama menjadi Bioskop Sakura pada masa penjajahan Jepang, lalu berubah menjadi Bioskop Tjahaja, Bioskop Kutamaya, dan berganti lagi jadi Bioskop Pasifik. Belakangan, setelah tidak berfungsi lagi sebagai tempat pemutaran film, bangunan  tua ini dinamakan Pasifik Hariring.

Pada tahun 1923-an, seperti disampaikan beberapa orang tua di Sumedang kepada penulis, ada peristiwa sejarah menyangkut bioskop ini.

Sama dengan di daerah lain, di Sumedang juga pada tahun 1920-an pernah terjadi gejolak politik lokal. Gejolak politik yang terjadi di Kota Tahu saat itu, antara Sarekat Rakyat dan Sarekat Hijau. 

Sarekat Rayat merupakan organisasi  militan dan radikal kepada pemerintah, Sarekat Islam, Paguyuban Pasundan. Sarekat Rayat yang dipimpin Ujang Kaih dan diklaim binaan PKI tersebut pada akhirnya menjadi ancaman bagi pemerintah dan kaum bangsawan Sumedang.

Khawatir Sarekat Rakyat makin kuat, seorang Patih Sumedang, pada tahun 1923-an  terang-terangan mendukung pendirian Sarekat Hijau sebagai perkumpulan para petani. Di kemudian hari, Sarekat Hijau ini makin kuat saja. Kendati demikian, Sarekat Hijau disebutkan selalu bersikap kooperatif kepada pemerintah sehingga keberadaannya tidak dipandang sebagai suatu ancaman. Konon, hal ini terjadi, karena Sarekat Hijau sejatinya merupakan organisasi binaan colonial Belanda.

Kembali kepada Bioskop Pasifik, suatu ketika, pengurus dan para anggota Sarekat Rakyat mengajukan izin menggunakan Bioskop Pasifik. Mereka akan mengadakan rapat organisasi secara internal. Akan tetapi, permohonan tersebut ditolak pengurus bioskop karena sejak awal tidak simpati terhadap Sarekat Rakyat.

Dari sanalah awal konflik tersebut.  

Suatu ketika, anggota Sarekat Rakyat ingin menonton film dengan potongan harga karcis, Sebelumnya, pengurus bioskop memberikan potongan harga tiket kepada anggota Sarekat Hijau. Pengelola bioskop tentu saja menolak permintaan mereka.

Tak ayal, penolakan tersebut memicu amarah para anggota Sarekat Rakyat. Seketika, mereka melakukan penyerangan kepada pengurus dan penjaga bioskop.

Pengelola bioskop berusaha  melawan sambil berteriak minta pertolongan. Teriakan itu didengar orang-orang di sekitar bioskop dan Pasar Sumedang, yang letaknya tidak jauh dari Bioskop Pasifik. Perkelahian massal pun, akhirnya terjadi antara Sarekat Rakyat dengan massa yang kebanyakan anggota Sarekat Hijau.

Peristiwa itu di kemudian hari sampai ke meja Gubernur Jenderal di Istana Bogor. Setelah mempelajari peristiwa tersebut, pemerintah mengawasi gerak-gerik Sarekat Rakyat. Sebaliknya, Sarekat Hijau dibiarkan berkembang karena menunjukkan sikap kooperatif kepada pemerintah.

Karena peristiwa itu pula, Bioskop yang berada di samping jembatan Sungai Cimanuk di pusat kota Sumedang itu menjadi terkenal. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun