Baru saja mematikan chanel televisi, Si Kabayan, sudah berada di Istana Negara, Jakarta. Kabayan yang berpakaian ala Sunda lengkap dengan totopong, baju kampret dan pangsi hitam, bahkan sudah berhadapan dengan Presiden, sedang asyik bercakap-cakap.
Presiden  :  Bagaimana, damang (sehat-red), Kang Kabayan?
Kabayan  :  Alhamdulilah sehat, Pak Presiden. Yang tidak sehat mah biasa, dompetnyah," jawab Kabayan sambil tersenyum.
Presiden  :  Akang kerja nggak? Kalau kerja, kerja, dan kerja mah,  dompet akang pasti terus berisi. Makanya, kerja, kerja akangnya. Jangan malas."
Kabayan :  Makanya, Pak Presiden...Saya ke sini juga begitu...Saya mau minta kerja ke Pak Presiden. Saya ingin dompet  tebal  dan tidak diomelin istri terus....!Â
Presiden :  Kok minta kerja ke sini? Apa di desa tidak ada kerjaan? Apa kepala desamu  tidak memanfaatkan dana desa untuk mensejahterakan warga kayak akang? Dana desa yang besar itu kan untuk mensejahterakan warga."
Kabayan garuk-garuk kepala. "Wah boro-boro, Pak Presiden. Warga kayak saya mah mah ngak tahu soal dana desa dan pemanfaatannya. Dari dulu ya begini..."
Presiden :  Wah, yang benar Kang? Nanti saya cek ke desa akang dan desa lainnya. Itu mah keterlaluan...Akang masih ngin kerja?
Kabayan : Iya atuh Pak Presiden. Jauh-jauh dari desa ke sini kan untuk itu...! Pokoknya, kalau saya dapat kerja, Pak Presiden saya doakan 2019...."
Pak Presiden mengangguk sambil acungkan jempolnya.
Tiba-tiba, Iteung , istri Kabayan menarik kaki Kabayan yang ketiduran di kursi.