Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

9 Cara Keliru Atasi Stres

22 November 2024   10:29 Diperbarui: 22 November 2024   10:38 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/man-and-woman-having-a-date-9543888/

Stres adalah salah satu 'teman' dalam kehidupan. Stres yang baik, yang dapat dikelola dengan baik, bisa menjadi pemicu sekaligus pemacu semangat dalam menjalani kehidupan yang terkadang tidak gampang. Namun, tidak sedikit jumlah orang yang mengalami distres, stres yang sungguh melelahkan, bahkan mengundang ansietas dan depresi berkepanjangan. Sayangnya, di antara orang-orang yang mengalami stres semacam ini, cukup banyak yang berupaya mengatasi stres dengan cara yang keliru. Kita simak bersama 9 cara keliru mengatasi stres :

  • 'Bersahabat' dengan peralatan elektronik. Saat sedang stres bisa jadi Anda tergoda untuk 'bersahabat' dengan peralatan elektronik semisal televisi, komputer, laptop, atau yang lebih favorit lagi, ponsel. Bersahabat artinya menggunakan sangat banyak waktu untuk itu, tetapi tidak produktif. Sayangnya, persahabatan semu itu seringkali tidak membantu mengatasi stres, malah mengundang gangguan lain seperti obesitas, karena Anda tidak bergerak berjam-jam, mungkin juga sembari ngemil. Obesitas dan gangguan kesehatan menghampiri, stres tak juga teratasi.
  • Menarik diri. Sebagian orang yang mengalami stres memutuskan untuk menarik diri dari relasi dan komunikasi dengan orang lain, termasuk teman bahkan pasangan. Tindakan semacam ini hanya akan memperburuk stres karena Anda malah semakin terlilit oleh lingkaran stres dan bukan tidak mungkin akan muncul pikiran yang bukan-bukan termasuk keinginan bunuh diri.
  • Curhat yang 'tidak tepat'. Bagi sebagian penderita stres, curhat itu sangat perlu. Tetapi, jangan curhat sembarangan, terutama curhat kepada orang yang 'tidak tepat', siapapun itu. Jika itu Anda lakukan, 'materi' curhat bisa menjadi bahan gosip yang makin lama makin menyebar ke mana-mana sehingga bisa menjadi stresor baru bagi Anda. Atau, bagi Anda yang sudah punya pasangan, curhat kepada lawan jenis bisa saja membawa 'petaka', menjadi semakin 'sehati' dengan teman curhat, bergeser menjadi 'teman tapi mesra' dan akhirnya berujung perselingkuhan.
  • 'Terjun' ke kehidupan sosial yang buruk. Sebaliknya pada orang-orang lain, mereka malah terjun ke kehidupan sosial yang buruk jika mengalami stres, kehidupan yang menyajikan fatamorgana. Dapat kita bayangkan apa yang bisa terjadi di ujung tindakan ini, konsumsi minuman keras bahkan narkoba, hingga pergaulan sosial yang tidak pantas.
  • Makan berlebihan. Seringkali ada 'dorongan' untuk terus makan pada penderita stres, seakan-akan makan terus menerus bisa mengurai stres. Tentu saja ada jenis makanan yang bisa 'melakukan' itu, namun ironisnya, penderita stres justru memilih makanan berlemak dan bergula tinggi semacam fast food, junkfood, ice cream, dan cemilan tinggi garam. Sekali lagi, stres tak teratasi, gangguan kesehatan malah mengintai.
  • Kurang makan. Nafsu makan bisa turun pada orang-orang yang mengalami stres. Makanan yang biasanya sangat disukai kini terasa seperti kata pepatah, 'Nasi dimakan rasa sekam, air diminum rasa duri'. Hati-hati, karena bisa terjadi penurunan berat badan dan tentu juga gangguan kesehatan.
  • Tidur berkepanjangan. Banyak penderita stres yang mengalami gangguan tidur. Namun, bukan berarti tidur berkepanjangan saat stres baik. Ditemukan sederet dampak tidur berlebihan seperti nyeri kepala saat bangun tidur, nyeri punggung, peningkatan risiko obesitas, diabetes, penyakit jantung juga gangguan kesuburan, bahkan perburukan gangguan mental berupa depresi.
  • Beralih ke rokok dan alkohol. Lagi-lagi, fatamorgana. Rokok dan alkohol mungkin dapat membantu Anda yang sedang stres, namun sejenak, hanya sejenak, sesudah itu Anda kembali harus menghadapi stres dalam 'wajah sebenarnya'. Dan, 'bantuan' rokok dan alkohol itu ternyata harus dibayar nahal dengan gangguan kesehatan yang membonceng di belakangnya.
  • Perlakuan kasar terhadap orang lain. Mereka yang sedang mengalami stres harus mewaspadai tindakan-tindakan kekerasan yang bisa dialamatkan kepada orang lain, terutama pasangan dan anak, kerabat, teman, bahkan kepada orang yang tidak dikenal. Alih-alih mengatasi stres, Anda malah menyebarkan stres, dan, ... jangan sampai harus berurusan dengan penegak hukum.

Jika stres Anda begitu berat dan tidak mampu diatasi sendiri, mintalah pertolongan orang lain, jika perlu tenaga profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun