Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Cinta Paulus bagi Korintus (13): Mengupayakan Keselamatan dalam Komunio

13 November 2024   10:15 Diperbarui: 13 November 2024   10:22 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.kompas.com

Pada bagian akhir Bab 10 Suratnya yang Pertama kepada Jemaat di Korintus, Paulus kembali 'menyinggung' tentang 'makan persembahan berhala'. 

Dia tidak menolak Ajaran Yesus, "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang. ... Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?" (Mat 15:11, 17).Namun dalam konteks yang diperluas, Paulus mencoba lebih menjelaskan Ajaran Tuhan, "'Segala sesuatu diperbolehkan.' Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.

 'Segala sesuatu diperbolehkan.' Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun" (1 Kor 10:23). Ada kebebasan dalam segala sesuatu yang boleh dimakan, tetapi kebebasan itu bukanlah sekedar kebebasan penuh individual, bukan pula tujuan akhir kita sebagai manusia, namun harus digunakan demi kebaikan bersama.

Tulisan ini sejalan dengan tulisan Paulus yang lain dalam Suratnya kepada Jemaat di Filipi, "Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. 

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Fil 2:1-4).

Paulus mengemukakan tiga situasi di mana bisa didapatkan daging persembahan. Dalam situasi pertama, "Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging," (1 Kor 10:25a) dan situasi kedua, "Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu," (1 Kor 10:27a), Jemaat tidak perlu khawatir akan keberatan moral dari makan-makanan itu, tidak perlu "mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani" (1 Kor 10:25b & 27b). 

Ajaran ini sesuai dengan tulisan Paulus, "Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: 'tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.' 

Sebab sungguhpun ada apa yang disebut 'allah', baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak 'allah' dan banyak 'tuhan' yang demikian-- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup" (1 Kor 8:4-6).

Namun dalam kasus ketiga situasinya berubah jika seseorang yang hadir secara eksplisit menyampaikan fakta tentang makanan itu, "Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: 'Itu persembahan berhala ! Janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani". (1 Kor 10:28). 

Dan mungkin cukup mengejutkan, "Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu" (1 Kor 10:29). Paulus mengajarkan kepada Jemaat, sikap tenggang rasa dan kepedulian dalam hidup bermasyarakat dan tentu terutama rasa tanggung jawab terhadap keselamatan bersama dalam komunio Murid-murid Tuhan.

Jadi, sebenarnya Paulus ingin menyatakan, jangan ada lagi orang-orang di antara Jemaat yang berkata, "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain ? Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur ?" (1 Kor 10:30). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun