Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelecehan Seksual di Angkutan Umum

24 Februari 2023   21:10 Diperbarui: 24 Februari 2023   21:13 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pelecehan Seksual di Angkutan Umum

Yudha Adi Putra

Angkutan umum, terutama jalur darat kini semakin berkembang. Akan tetapi, perhatian pada pelecehan seksual di angkutan umum masih memprihatinkan. Saat saya naik angkutan umum di Yogyakarta, saya pernah mendapati respon terhadap pengaduan yang dilakukan oleh korban pelecehan seksual. 

Pelecehan seksual tidak mengenal waktu, entah itu malam atau siang. Sayangnya, jika korban melaporkan, malah dikira tidak ramah. Bisa juga, korban malah disalahkan cara berpakaiannya atau cara duduk. Kecenderungan tersebut, tentu memprihatikan. 

Pelecehan seksual di angkutan umum menjadi bukti bahwa masyarakat belum sadar gender. Asumsi untuk memisahkan perempuan di tempat tertentu, misalnya angkutan khusus perempuan itu malah tidak mendidik. Menariknya, mereka yang mengalami pelecehan seksual di transportasi umum itu tidak hanya perempuan, bisa juga laki-laki.

Sayangnya, kesadaran akan kesetaraan itu seperti hanya berhenti dalam diskusi. Pengguna angkutan umum, tentu juga menjadi bagian dari masyarakat. Keberagaman latar belakang pasti ada dan itu memiliki nilai, setidaknya untuk peka dan memiliki kesadaran akan kesetaraan. 

Bagi saya, ini menjadi keprihatinan tersendiri. Kemajuan teknologi dan perkembangan pendidikan akan sia-sia, jika tidak ada penghargaan akan kesetaraan. Pelecehan seksual yang terjadi di transportasi umum tentunya didukung berbagai hal. Misalnya saja tempat dan minimnya kesadaran bersama. Jadi, seolah orang akan tidak peduli dengan keberadaan orang di sekitarnya. 

Pelecehan seksual dapat memunculkan trauma, apalagi dilakukan di tempat umum seperti transportasi. Selain itu, kenyamanan dalam menggunakan transportasi umum menjadi minim. Itu tentu berdampak dalam minat penggunaan transportasi umum. Pelaku dan korban yang berjumpa sekali dan nanti tidak bertemu, memaksa kepedulian dari orang sekitar. Jika tidak, kesetaraan dan penghargaan terhadap orang lain di ruang publik patut dipertanyakan.

Saya berharap, pelecehan seksual di transportasi umum ini dapat dihindari. Melihat dampaknya yang merugikan. Tentu tidak mengenal laki-laki dan perempuan. Jadi, isu pelecehan seksual di transportasi umum itu bukan hanya persoalan gender, tapi etika dan nilai terhadap orang lain. Bagaimana menghargai orang lain dan memberi anggapan seperti apa terhadap orang lain. 

Apakah sebagai obyek atau subyek yang sama berharganya dengan diri kita. Pertimbangan untuk menghindari pelecehan seksual adalah dengan edukasi. Ketika ada informasi, tentu korban dan pelaku dapat berhati-hati. 

Pelaku bisa menyadari perbuatannya ketika ada pengetahuan dan perhatian. Sering kali, hal sederhana yang dilakukan itu memiliki kecenderungan pelecehan seksual. Akan tetapi, pelaku tidak menyadari. Sehingga, tindakan seperti bersiul itu hanya dalam konteks bercanda. Namun, korban merasa tidak nyaman. Ada pelecehan seksual di sini. Perlu pengetahuan dan kesadaran untuk sama-sama mengenali apa itu pelecehan seksual dan bentuknya, termasuk kesadaran gender.

Memang benar, banyak korban pelecehan seksual di angkutan umum enggan melaporkan. Akan tetapi, mereka juga memiliki pertimbangan. Biasanya, karena enggan diviralkan. Kecenderungan ini, berkaitan dengan barang bukti. 

Ada yang memotret secara diam-diam, dengan tujuan untuk barang bukti, tapi itu malah digunakan untuk pelecehan juga. Muncul berbagai komentar berbau seksual. Belum lagi, tidak semua laporan dapat ditindaklanjut dan itu dapat memunculkan trauma tertentu pada korban. Apalagi, ketika korban masih belum mengerti bahwa dirinya menjadi korban pelaku pelecehan seksual. 

Banyak korban yang terkena pelecehan seksual dan masih dibawah umum. Perkiraan bahwa hanya perempuan saja sebagai korban pelecehan seksual, tentu tidak sepenuhnya benar. Ada anak-anak dan penyandang disabilitas. Mereka yang berada dalam kelompok rentan memiliki potensi lebih mudah terkena pelecehan seksual. Untuk itu, perhatian pada pemberdayaan kelompok rentan perlu dilakukan.

Apabila ada kesadaran yang diupayakan dalam pengetahuan serta informasi terkait pelecehan seksual, besar kemungkinan kita bisa membebaskan diri dari berbagai pelecehan seksual. 

Pelecehan seksual ada karena kesempatan dan ketidakmengertian bahwa itu adalah tindakan pelecehan. Sebagai pengguna transportasi umum, mari kita ciptakan kenyamanan bersama dengan pengetahuan akan pelecehan seksual dan bahayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun