Pak Kartono hanya menggeleng. Ia bergegas menuju luar rumah. Sudah berganti pakaian. Lebih tepatnya, ia pinjam pakaian Darso. Salah satu pembantu di rumah mereka.
"Jadi pensiunan itu harus tetap produktif, Bu. Nanti kalau tidak, malah ganggu hidupnya anak-anak. Belum lagi, kalau malah sakit. Itu buat repot lagi. Sekarang, kita harus bisa jaga kesehatan. Makanya, Bapak mau kerja dulu." ujar Pak Kartono pada istrinya. Sering, sebelum pamitan, istrinya berusaha mengingatkan. Kalau sudah tua, tidak usah banyak kerjaan.
"Kalau boleh tahu, Bapak itu kerja dimana lagi ya Bu ? Beliau padahal sudah tua, tapi masih berkegiatan aktif di mana-mana?" tanya Kapjo, satpam rumah mereka.
"Saya juga tidak tahu. Bilangnya ke sawah. Kalau bosan, bilang cari rumput. Nanti rumputnya mau dikasih kawannya di desa. Dia sendiri mau pelihara sapi, tapi tidak boleh sama anaknya."
Tidak seperti biasanya, Pak Kartono pergi lebih awal. Bekal makanan lupa dibawanya. Itu yang membuat khawatir istrinya.
***
      Bagi Jarwo, angkringan itu adalah impiannya. Ia senang bisa memiliki angkringan. Meski belum ramai, paling tidak ia tak perlu pergi berkeliling untuk berjualan.
"Sudah, Pak. Saya nasi dua sama minumnya es teh dan gorengan tiga," ujar lelaki bertubuh tambun pada Jarwo.
"Pak bos, saya duluan ya." ujarnya pada Pak Kartono yang tengah asyik merokok dan bercerita soal kursi-kursinya.
"Jangan bilang istri dan anakku !" kata Pak Kartono sambil mendekatkan jari telunjuk ke mulutnya.
Jarwo hanya geleng-geleng. Tak paham. Tapi, kini ia sadar. Apa yang tampak tidak sepenuhnya menjadi realita.
Godean, 10 Februari 2023