Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permintaan Seorang Nenek Penjual Jeruk

14 Januari 2023   11:30 Diperbarui: 14 Januari 2023   11:31 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Permintaan Seorang Nenek Penjual Jeruk

Cerpen Yudha Adi Putra

                Sudah tiga tahun hanya di rumah saja. Mbah Suti, begitu akrab disapa tetangganya masih sibuk menyapu halaman. Meski pagi sudah beranjak menuju siang. Ia nampak tetap bersemangat. Ada sesuatu yang ditunggu.

                "Kemana penjual sayur biasanya ? Sudah jam sembilan lebih, dia tidak lewat. Aku punya banyak daun jeruk dan jeruk nipis. Siapa tahu, laku dijual," keluh Mbah Suti sambil memandangi halaman rumah yang luasnya tak seberapa, tapi masih kotor dengan daun jambu.

                Seperti sudah janji namun diingkari, Mbah Suti sedikit kecewa. Jeruk nipis sudah dikumpulkan. Siap untuk dijual dan tetangga sudah diberi juga. Harapannya bisa untuk menyambung hidup sehari atau dua hari.

                "Nduk, sedang sibuk atau tidak ? Minta tolong cari tahu tentang penjual sayur. Sudah lewat atau belum?" dengan nada sungkan. Ia bertanya pada anak perempuan semata wayangnya. Anak itu telah menjadi seorang ibu dan tinggal bersama Mbah Suti bersama suami.

                Begitulah Mbah Suti. Bertanya terlebih dahulu. Mungkin saja dengan bertanya bisa sedikit melepas praduga dan berani mengungkapkan rasa. Tidak seperti orangtua kebanyakan. Kalau minta tolong kepada anak seenaknya. Seolah seperti atasan yang memerintah. Belum jika tidak dipenuhi, bisa marah dan menceritakan perjuangan ketika membesarkan dulu.

                "Sebentar, Bu. Ini saya sedang membungkus pesanan. Jam sepuluh dikirimkan soalnya," terdengar suara Yuli dari dalam rumah.

                Mbah Suti kembali melanjutkan menyapu. Harapan untuk berjualan jeruk ditunda dulu. Tentu itu tidak mudah. Maklum saja, dulu Mbah Suti adalah pedagang pasar yang laris. Apa saja yang dijualnya bisa laku. Dari beras, sayuran, sampai daun singkong. Kini, dia hanya di rumah saja.

                "Sebenarnya, aku ingin sekali pergi ke pasar. Bertemu kawan lama. Berjualan, tapi keadaan sudah tidak memungkinkan. Memangnya siapa yang mau mengantar aku ke pasar ? Anak-anak sibuk semua. Aku tidak mau merepotkan mereka!" kata Mbah Suti saat didatangi temannya ketika hari raya. Meski hanya sebentar, ia lega bisa bertemu dan bercanda.

                "Sekarang yang penting kamu sehat dulu. Banyak kawan kita sudah meninggal karena sakit. Belum mereka berobat dengan biaya tidak sedikit," ujar Mbah Parmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun