Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa Sawah

3 Januari 2023   14:20 Diperbarui: 3 Januari 2023   14:28 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Apa benar ? Kami masih ingin diperhatikan, belum lama juga petani datang membawa beberapa orang berseragam. Mereka mengukur kami,”

“Nanti, kalau sawah jadi perumahan. Kami para burung tinggal dimana ? Makanan kami bagaimana ?” keluh anak burung pipit yang mulai senang belajar terbang. 

“Kalau ke sawah di sebelah, itu berbahaya. Kami harus melewati perumahan dan ada banyak jebakan. Kemarin saja, ada paman kami yang terkena ranting lengket,” lanjut burung pipit lainnya.

Semua mulai mengeluh dan bingung, aku sebagai sawah tentunya sedih. Rumput di antara pemantang sawah mulai meninggi, tumbuh dengan subur. Pertumbuhan itu menandakan petani sudah lama tak datang. Kami semua di sawah merindukannya.

***

“Pak Darso, sawah milikmu ini lokasinya sangat strategis. Ada di samping desa dan tinggal lurus sedikit sudah sampai jalan raya. Bagaimana kalau dibuat rumah makan saja ? Tapi, sebagian sawahnya tetap menjadi sawah. Itu untuk daya tarik pembeli,” ucap seorang lelaki pada kawannya. Mereka asyik merokok dan memperhatikan sketsa gambar rumah yang akan dibangun di sawah.

“Tapi, nanti aku tinggal dimana ? Aku sudah tidak ada tempat tinggal lagi. Sawah ini menjadi tempat tinggal keluargaku. Kami berempat akan segera pindah. Jadi, kurang dari satu tahun rumah itu harus bisa selesai,” jawab lelaki bernama Darso itu.

Percakapan di depan rumah itu di dengar burung ciblek. Burung kecil itu kemudian berkicau, memberi tahu sawah soal pembangunan rumah. Kata burung ciblek, sawah akan berubah menjadi rumah dengan empat orang menempati.

“Aku tidak mengerti, kenapa petani tua tidak kunjung ke mari ? Sudah tak terawat keadaanku,” keluh sawah ketika mendengar berita dari burung ciblek.

“Tapi, sawah kau akan menjadi manfaat bagi keluarga Pak Darso. Bukankah, itu impianmu. Bisa menjadi manfaat bagi siapa saja, jangan pikirkan kami. Nanti, kami bisa tinggal di dekatmu meski kau tidak menjadi sawah lagi,” ucap rerumputan mencoba menghibur sawah.

“Benar, nanti sesekali kita bisa bertemu. Aku memang tidak bisa tinggal bersamamu lagi. Bukankah aku bisa terbang bebas, kemana saja. Jangan bersedih,” kicauan burung trucukan tak mau kalah. Ia berusaha menenangkan kepanikkan sawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun