Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kucing dan Pemuda Penyandang Disabilitas

3 Desember 2022   16:30 Diperbarui: 3 Desember 2022   16:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kucing dan Pemuda Penyandang Disabilitas

Cerpen

Sudah setahun sejak kecelakan menimpa pemuda itu. Ia masih belum mau keluar dari rumahnya, malu katanya. Pemuda gagah yang biasanya menjadi pelari, siang itu hanya tergopoh-gopoh menggerakkan kursi rodanya. Kakinya masih terasa kaku dan berat, tidak bisa digerakkan. Keringat pemuda itu membasahi kursi roda. Ia terus berusaha supaya bisa berdiri, setidaknya berjalan tanpa bantuan kursi roda.

"Aku tidak bisa terus begini. Aku ingin segera bisa berjalan. Kapan terapi seperti ini selesai?" pemuda itu tersengal-sengal dalam berbicara.

"Aku mau berjalan ! Aku mau berdiri. Aku malu dengan kondisiku saat ini,"

"Sebentar lagi, dirimu bisa berjalan dengan tanpa bantuan, Yudh. Aku yakin, pasti bisa!"

"Tapi kapan? Semua sudah aku lakukan. Aku berlatih setiap hari, tapi tetap saja kondisiku seperti ini. Mungkin, aku sudah tidak bisa berjalan lagi dan aku mau di rumah saja. Malu aku kalau bertemu dengan banyak orang,"

Yudha tidak bisa berjalan. Ia tinggal di rumah dengan cat warna kuning, rumahnya ada di paling ujung jalan dekat dengan sekolahan. Mungkin, lingkungan rumah yang dekat dengan sekolah itu tidak pernah diperhatikan oleh Yudha. Ia sibuk latihan untuk bisa berjalan di dalam rumah. Padahal, di depan rumah ada pekarangan penuh tanaman bunga. Malam hari, depan rumah Yudha ramai dengan pedagang dan lampu kelap-kelip. Selain itu, ada bangunan kecil di depan rumahnya untuk memelihara burung.

Selepas ayahnya meninggal dan ibunya bekerja di luar kota, rumahnya menjadi sepi. Hanya Yudha dan adiknya, kadang ada kakeknya yang datang. Tapi itu hanya sekali seminggu. Rumah Yudha dijuluki rumah burung. Tentu karena wujud rumahnya ramai dengan burung dan tananam. Mirip seperti aviary kecil. Ada banyak siswa SMA senang ketika berada di depan rumah Yudha. Terlebih, kakek Yudha sangat ramah. Ia sering menawari jambu kalau ada yang matang pada siswa SMA saat menunggu jemputan. Itulah mengapa rumah Yudha sangat menyenangkan, kecuali bagi Yudha sendiri. Yudha kesal berada di rumah dan berlatih supaya dapat berjalan.

***

Pagi itu, Yudha memberanikan diri keluar rumah. Ia duduk di kursi roda menatap beberapa siswa terburu-buru berangkat sekolah. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 06.50 pagi. Yudha menatapi sekeliling rumahnya. Ada pohon jambu yang buahnya mulai matang. Di sebelah kanan ada aviary dimana burung kecil berterbangan dengan perlahan. Ada juga burung yang hinggap di ranting pohon samping rumah. Seekor kucing menarik perhatian Yudha. Kucing itu kotor, sepertinya sudah dibuang lama dan tidak memiliki tempat tinggal. Yudha meraih ayam goreng di dekat meja. Kucing itu mendekati Yudha dan makan ayam goreng yang diberikan. Sambil makan, kucing itu menatap Yudha, seolah ingin mengucapkan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun