Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tidak Jelas

29 November 2022   21:30 Diperbarui: 29 November 2022   21:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 "Ya yang salah perempuannya, Pak. Malam-malam keluyuran, mana pakaiannya minim-minim. Itu kerja apa? Meresahkan masyarakat saja, penyakit itu." Ucap Pak Toni tak kalah ingin merespon dan mempersalahkan Mety.

Percakapan di pos ronda itu memang tidak terdengar oleh Mety. Tapi, ia tahu betul bagaimana orang desa memandang permasalahan yang sedang terjadi padanya. Apalagi, dia perempuan. Perempuan selalu salah dalam budaya dimana semua didominasi laki-laki. Mety sudah tidak memiliki orang tua lagi, dia tinggal di desa karena rumah itu pemberian Bapaknya.

Suaminya tidak jelas pergi kemana. Dahulu, Mety pernah menjadi mahasiswi, tapi tidak dilanjutkan kuliahnya karena biaya. Mety berjuang untuk bekerja supaya dapat menghidupi dirinya sendiri dan orang tuanya yang kala itu masih ada. Sempat Mety mendengar bahwa menjadi pemandu karaoke memiliki bayaran yang lumayan.

Apalagi, ketika memberikan pelayanan tambahan. Sedikit sentuhan dan senyuman. Tak tersadar pekerjaan itu menjadi pintu masuk Mety ke dunia malam. Pekerjaannya yang hanya memandu lagu berlanjut menemani laki-laki sampai pagi, berbagai macam. Ada yang dari mahasiswa sampai pejabat tingkat lokal. Tapi ia tidak memiliki perasaan pada laki-laki, semenjak kekerasan yang dialaminya dari bapaknya. Ia membenci laki-laki, tapi melacurkan diri.

Nama laki-laki hanya berlalu saja di telinganya. Agus, nama laki-laki yang mungkin kurang beruntung karena harus menolong Mety karena janjinya sendiri. Agus sebenarnya tidak turut meniduri Mety, Agus hanya seorang sopir. Perkenalannya dengan Mety menjadi petaka dalam hidupnya. 

Mety tak tahan lagi atas gunjingan orang di desa. Lalu memilih minta tolong Agus untuk menikahinya. Lanjut kehidupan mereka, tanpa tahu anak siapa sebenarnya yang dilahirkan oleh Mety.

***

Tiba di rumah, Mety bersama buku hariannya. Mety menemui ibunya Agus yang bernama Bu Ani. Ibu Ani sedang asyik membungkus makanan ringan untuk kudapan ronda nanti malam.

"Bu..." panggil Mety dengan perasaan takut. Mety membawa bukunya dan duduk di dekat meja makan.

"Ada apa, Nduk? Rani sudah tidur po? Kok kamu ke sini sendirian, Agus dimana?" ucap wanita usia 65 tahun itu sambil mendekati Mety.

"Ibu sudah tahu siapa saya? Kenapa ibu mengizinkan Mas Agus menikah dengan saya?" tanya Mety dengan kecemasan, khawatir Ibu mertuanya memunculkan respon tidak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun