Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tidak Jelas

29 November 2022   21:30 Diperbarui: 29 November 2022   21:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan Tidak Jelas

Cerpen Yudha Adi Putra

Anak tentu berharap memiliki orang tua yang baik. Orang tua kandung, terutama ibu selalu mengusahakan kebaikan bagi anaknya. Tapi karena sistem bernama menikah, yang mengusahakan kebaikan bagi anaknya bisa berubah. Itu menjadi persoalan perempuan, ketika perempuan tidak bersuara dalam pernikahan. Atau malah menjadikan pernikahan sebagai perias wibawa laki-laki.

 Sindiran buruk dan gunjungan tentang perempuan tidak jelas selalu mengusik pikiran Mety, terutama malam itu. Apalagi sejak keluar kuliah, Mety selalu pulang malam dengan alasan bekerja. Mety memang bekerja di malam hari, tapi tidak ada yang tahu persis pekerjaannya apa dan dimana dia bekerja.

Malam pergi dan kembali waktu dini hari, begitu setiap hari. Wajar saja itu membuat penduduk desa yang lain berprasangka buruk padanya. Perempuan di desa itu biasanya kalau malam ya di rumah, terutama anak gadis. Tidak keluyuran di malam hari seperti yang Mety lakukan.

Tepat enam bulan setelah pernikahannya dengan Agus, Mety melahirkan anaknya. Banyak penduduk desa yang bertanya-tanya dan menghitung. Sudah berapa lama pernikahan mereka, kenapa langsung tiba-tiba melahirkan. Ada banyak prasangka kalau Mety hamil di luar nikah. Seperti obrolan yang terjadi di pos ronda malam ini. Tiga orang bertugas jaga malam sambil mengutarakan keresahan mereka terhadap Mety.

 "Pasti itu, Pak. Nikahnya juga baru bulan Januari, masa Juni akhir sudah melahirkan. Mana laki-lakinya sekarang tidak ada, itu cuma dinikahi untuk nutupin aib saja. Pasti hamil di luar nikah itu." ungkap Pak Slamet yang berbadan kurus dengan menggebu-gebu.

 "Iya ya, kasihan anaknya. Orang tuanya tidak jelas, mana yang pakai Mety siapa saja itu. Mety bayar berapa ya untuk orang yang mau menikahinya, katanya menikah tapi laki-lakinya mana juga tidak ada," cibir Pak Toni di sebelah pintu yang tidak kalah seru memanas-manasi suasana.

"Kok ada ya, perempuan tidak jelas seperti itu. Padahal dia kuliah, saya yang lulusan celana pendek saja malah gak berani ngapa-ngapain. Mungkin nakalnya orang berpendidikan begitu ya," balas Pak Maryadi yang berada di dekat televisi pos ronda dengan nada bercanda.

"Halah, Pak Maryadi ini lho, kayak baru hidup sehari saja di dunia. Semua orang pasti berbuat salah to, Pak."

"Iya juga, Pak. Tapi kalau berbuat salah sampai jadi anak itu yang repot banyak pihak, Pak. Pemerintah juga repot, penduduknya tambah tapi sumber dayanya tidak jelas. Kecuali, yang beranak itu mendidik dengan baik. Kalau beginikan cuma berkembang biak saja, jumlahnya tambah tapi kualitasnya entah." Sanggah Pak Slamet perlahan dan dengan penegasan, khas cara berbicaranya ala bapak-bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun