Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal dalam Gotong Royong di Era Society 5.0

2 November 2022   21:22 Diperbarui: 2 November 2022   21:53 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk itu, dalam kearifan lokal gotong royong terdapat penghargaan akan keberadaan pihak lain. Jadi, setiap individu dalam konteks sosial memiliki keberadaan yang dihargai sebagai subyek. Penghargaan itu menghadirkan kejujuran dalam berelasi. 

Tidak dalam bentuk persaingan atau kompetisi, tetapi diimplementasikan dalam bentuk kolaborasi. Kerja sama dalam menghidupi gotong royong di era society 5.0 memberikan keteladanan akan hidup sewajarnya. Dalam hal ini, bentuk solidaritas menjadi nyata. 

Ada orientasi pada kebaikan bersama. Sehingga muncul refleksi etika moral dalam era society 5.0 bahwa hidup baik untuk seperlunya saja. Suwarno Soeprapto (2022), menyebutkan bahwa ajaran ini mengajak orang untuk hidup dan berperilaku sepantasnya, selayaknya, sepatutnya, dan tidak berlebihan.

Termasuk dalam merespon persoalan hidup. Ketika melihat dalam pandangan society 5.0, kecenderungan untuk berlebihan menjadi muncul, terutama berlebihan informasi. Untuk itu, bentuk implementasi kearifan lokal dalam gotong royong menjadi kontribusi penting dalam menjawab pertanyaan bagaimana menghidupi nilai gotong royong di tengah keberadaan era society 5.0.

Gotong Royong dan Society 5.0

Pada masa lampau, sebelum teknologi berkembang dengan cepat tentu menjadi mudah dalam implementasi nilai-nilai dalam gotong royong. Akan tetapi, saat ini diperhadapkan dengan era dimana individu semakin memiliki ranah privat yang dijunjung tinggi. 

Dalam artian, ada kepentingan pribadi yang selalu lebih diutamakan dalam komunitas. Misalnya, ketika ada selokan mampet. Tentu keberadaan gotong royong hanya ditemukan di desa, mungkin saja sangat terbatas. Dalam masyarakat kota, bentuk gotong royongnya berbeda. 

Ada mengumpulkan uang untuk membayar tukang supaya selokannya dibersihkan. Bentuk kesenjangan dalam implementasi gotong royong ini menarik. Belum lagi ketika berkaitan dengan era society 5.0. Apakah nilai dalam gotong royong dapat hidup dan tidak usang untuk dihidupi ? Tentu jawabannya berkaitan dengan kepekaan hati. Gotong royong tidak berada dalam konteks hampa. Keberadaannya dapat bersifat solutif dan kontekstual.

Dalam era society 5.0, penerapan gotong royong mungkin bisa berbeda. Akan tetapi, bukan berarti gotong royong tidak bisa dilakukan. Kecenderungan anggota masyarakat untuk menjadi individualis memang ada. Tentu itu menjadi konteks dimana gotong royong diimplementasikan sejauh dapat memberdayakan konteks. 

Ketika gotong royong di era society 5.0, tentu bentuknya akan berbeda dengan adanya era sebelumnya. Perkembangan terus terjadi dan semangat gotong royong menjadi kearifan lokal yang terus menjadi bekal penting. 

Danang Aryo Prakoso (2022), menyebutkan bahwa mungkin dahulu menjadi biasa ketika ada lahan petarangan yang dikerjakan bersama untuk menyimpan bahan makanan. Itu menjadi bentuk implementasi gotong royong, tentu dengan konteksnya. Lalu, dalam era society 5.0 bentuk gotong royong seperti apa yang perlu dilakukan ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun