Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Santri dalam Pandangan Nasrani

21 Oktober 2022   19:00 Diperbarui: 21 Oktober 2022   19:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yudha Adi Putra

Santri, memiliki keunikan tersendiri dalam pandangan nasrani. Perlu diperhatikan bahwa keberadaan santri dan pesantren itu menjadi bagian dalam keberagaman hidup bersama di Indonesia. 

Dalam momentum Hari Santri, terdapat perayaan pada kebanyakan pondok pesantren untuk memperingati momen penting ini. Bagi santri yang sedang berproses di pondok pesantren, adanya peringatan Hari Santri Nasional akan membawa sukacita dan semangat dalam belajar. 

Keberadaan santri menjadi potensi nasional yang turut dirayakan bersama, tentu tidak hanya di pondok pesantren saja. Menarik perhatian apa yang disampaikan oleh KH Maimun Zubair, dalam nasihatnya disebutkan bahwa "Jangan (hanya) rame-rame Hari Santri, tapi bangunlah kesantrian." Ungkapan tersebut ditegaskan dalam sebuah pengajian. Tentu menjadi pembelajaran bahwa Hari Santri adalah refleksi bersama. Ada harapan bagi santri dan proses belajar dalam santri mengembangkan dirinya.

Untuk mendukung perayaan Hari Santri yang melibatkan banyak pihak tentu memerlukan perhatian bersama, terutama keberadaan mereka yang lain dari santri itu sendiri. Dalam hal ini, santri dan konteks hidup yang membersamainya memiliki kesadaran bersama. 

Kesadaran bahwa dalam dinamika hidup bersama, terhadap pihak lain yang turut membersamai. Itu menjadi pendukung dalam merefleksikan Hari Santri bersama setiap semangat perubahannya. 

Perlu komitmen toleransi dan kerukunan hidup bersama dalam merayakan Hari Santri. Salah satunya, memberikan ruang serta melibatkan berbagai pihak untuk turut mewarnai dinamika bersama dalam belajar. Sehingga santri tidak hanya mereka yang belajar pada pondok pesantren, melainkan mereka yang memiliki mental dan semangat belajar seperti santri. 

Hal itu senada dengan ungkapan dari Gus Mus, santri tidak hanya ditujukan kepada mereka yang pernah bermukim di pondok pesantren, tapi siapa pun yang berakhlak seperti santri, mereka adalah santri.

Dalam perayaan Hari Santri, berbagi pandangan menjadi penting untuk melepaskan banyak praduga. Keberadaan pandangan tertentu terhadap santri bisa menjadi isu intoleran yang tanpa dasar. Isu tersebut menjadi keresahan tersendiri dalam hidup bersama, ada praduga yang salah hanya karena citra berdasarkan tampilan pada media. 

Ini menjadi inovasi dalam mengembangkan jiwa toleransi menurut penulis, terutama untuk melihat fenomena dan perayaan dalam pandangan yang lain bersama konteks yang membersamainya. 

Keterbukaan dan beserta dialog antar iman menjadi transformasi penting dalam perayaan Hari Santri. Sebagai keresahan bersama bahwa hidup dalam keberagaman, bagaimana menjalin dialog dengan konteks sekitar menjadi kewajiban untuk menjaga harmoni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun