Tantangan Kerukunan Pendukung Sepak Bola
Sebuah Artikel Karya Yudha Adi Putra
      Pada awal bulan Oktober 2022, terjadi fenomena yang menyedihkan dalam sejarah hobi menonton pertandingan sepak bola di Malang. Ada 100 lebih pendukung sepak bola meninggal akibat kejadian di stadion. Memasukkan momen kesedihan tersendiri yang kemudian menjadi kebijakan dalam menonton sepak bola dalam kurun waktu tertentu. Kedukaan yang dirasakan berbagai pihak akhir-akhir ini direspon dengan upaya menyalahkan pihak tertentu. Belum lagi, kemunculkan berbagai narasi di media sosial seolah ingin menunjukkan bahwa ada pihak yang salah dan pihak yang benar. Jika itu terjadi berlarut-larut dan tidak diantisipasi, kerukunan dalam menonton sepak bola justru akan sangat rentan dan menimbulkan berbagai bentuk gejolak dalam masyarakat. Persoalan kerukunan antar pendukung sepak bola menjadi tidak terkendali dan membawa banyak implikasi, termasuk bagaimana kepercayaan publik terhadap kegiatan bernama sepak bola.
      Penonton sepak bola memang menghadirkan suasana yang menyenangkan, terlebih ketika tim yang didukung menang dalam pertandingan. Tentu bagi mereka dengan hobi demikian, tetapi dalam realitaya itu juga termasuk bagaimana fenomena sosial dapat terjadi. Dimana secara konsisten sepak bola dapat menjadi upaya peristiwa sosial yang menjadikan kerukunan antar pendukung sepak bola perlu mendapatkan perhatian. Kerukunan antar pendukung sepak bola menjadi penting untuk merespon berbagai persoalan sosial dalam bentuk dan nuasa olahraga. Komitmen demikian dapat diimplementasikan dalam bentuk alternatif ketika melihat persoalan, tidak melulu langsung pada solusi atas apa yang terjadi. Dalam bentuk ekspresi, banyak pihak sering membawa kepentingan masing-masing yang diwujudkan dalam tuntutan. Sedangkan upaya kerukunan itu menawarkan alternatif dalam merespon persoalan sepak bola hingga bagaimana hidup bersama di tengah perbedaan yang ada.
Pendekatan Moral
      Program yang muncul ketika hendak memberikan dukungan pada pemain sepak bola dan bentuknya sering berkaitan dengan moral penonton. Dalam artian, ada kaitan antara ranah dan arah tindakan ketika menonton pertandingan dengan bagaimana kedewasaan ketika menerima kenyataan kalau timnya yang didukung itu mengalami kekalahan. Belum lagi, banyak hubungan sebab akibat yang menjadi isu untuk dibahas hingga berdampak pada bentuk kekalahan tim dalam bermain sepak bola. Sebagian lagi memahami bahwa peristiwa yang terjadi berkaitan dengan dosa dan kesalahan di masa lalu. Mereka menyebut dengan banyak dukungan yang mengandung pesan untuk bertindak kekerasan. Dapat dijumpai bentuknya dalam arogansi ketika berada di jalan menuju stadion. Padahal, dalam mengupayakan kerukunan dan hidup bersama dalam mendukung bentuk pertandingan sepak bola itu memerlukan kerendahan hati. Karena itulah, setiap tindakan perlu dipertimbangan dengan baik dalam menyemai nilai-nilai kerukunan menjadi penting digelorakan ketika bersama menikmati pertandingan sepak bola.
Peguatan Kerukunan Melalui Literasi
      Persoalan kerusuhan dan kerukunan menjadi implikasi penting berkaitan bagaimana sepak bola dalam kaitannya dengan literasi. Ini merupakan bentuk kecakapan hidup yang berdampak. Namun demikian, ada beberapa hal yang patut menjadi penguatan literasi di dalam mendukung kerukunan pendukung sepak bola. Pertama, sejauh mana kemenangan dan kekalahan dimaknai oleh mereka yang mendukung tim kesayangannya ? Kedua, sejauh mana hidup bersama menjadi lebih penting ketika diperhadapkan dengan persoalan ekspresi diri ketika menonton sepak bola ? Tidak jarang, keberadaan sepak bola dengan komunitas yang membentuk ruang ekspresi juga menjadi ajang untuk menunjukkan kedirian. Dimana tidak ada penolakan, tetapi kerukunan malah justru diabaikan. Misalnya, penguatan dalam pendukung sepak bola apakah hanya berkaitan dengan menonton pertandingan saja, lalu bagaimana kehidupan setelahnya ? Adakah aksi sosial yang membawa semangat transformatif dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya akan lebih baik jika memberikan kejujuran akan kepentingan seperti apa yang dibawa ketika menjadi penonton sepak bola. Dalam kepentingan itu, menyimpan persoalan yang terimplementasikan menjadi tindakan. Literasilah yang memberikan wacana kritis dalam mengolah diri menuju kerukunan itu.