Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Si Naga - Episode Awal

11 Maret 2014   19:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Namun, saya masih sangsi. Hingga telat melepas si Naga dari kurung untuk melihat respon dia yang sebenarnya karena si jagoan kampung telah pergi. Ketahuan dia bener-bener gahar adalah berapa hari kemudian.


Saat itu si Naga lagi santai di depan saya. Tiba-tiba jagoan kampung yang dulu dia takutin datang. Mendekat pula. Saya amati respon si Naga. Biasa-biasa aja. Gak ada bulu di tengkuk berdiri. Bagusss.


Si jagoan kampung semakin dekat. Si Naga cuek. Tiba-tiba seruntul si jagoan kampung nyeruduk mencoba mengintimidasi. Si Naga reflek mendirikan bulu di lehernya tanda siap bertempur. Wew... Keren. Eh kirain mo berantem. Si jagoan kampung malah balik sambil matuk-matukin daun. Si Naga santai pula tidak nyeruduk. Ketika si jagoan kampung berjalan menjauh saya lemparkan si Naga ke dekatnya. Reflek dua-duanya posisi siap tempur. Cuman seperti tadi kedua-duanya mundur teratur.


Ada beberapa kali mereka cuman pelototan sama adu suara. Membuat saya gemas. Hingga... Akhirnya datang saat yang ditunggu-tunggu. Di tengah lapang si jagoan kampung menyerang yang disambut hangat oleh si Naga.


Jebret.. Jebret mereka beradu pukulan. Saya pun lega. Ternyata si Naga sudah berubah. Dia kini bukan penakut lagi. Tak sia-sia usaha saya selama ini.


Kedua-duanya punya gaya yang sama. Pukul dari depan. Cumaan... Si Naga pukulannya dobel. Habis mukul, mukul lagi. Udah gituh bisa mukul dari samping. Terus pintar memancing, sambil loncat dia pura-pura mo mukul, pas musuhnya loncat pula untuk memapaki, dia batalin pukulannya. Baru ketika tubuh lawan menghantam udara kosong dia loncat sambil ngehantam tubuh lawan yang terbuka tanpa kaki karena kadung sudah turun "ciaaat... Jebrettt" gituh kali kalo bahasa kita mah :)


Pertarungan kali ini tanpa pemenang karena saya menghentikannya. Kasihan lihat si Naga paruhnya sudah penuh darah musuh.


Berapa hari kemudian pertarungan sesungguhnya terjadi. Inipun karena banyak penonton yang ngomporin. Tadinya sih cuman mo buat latihan saja. Kali ini pertandingan lumayan lama. Seperti waktu pertama, terjadi jual beli pukulan di udara.


Namun sebentar, setelahnya si jagoan kampung mulai terdesak. Gep jenggernya kepegang sama si Naga, jebret pukulan bersarang mulus di kepala dan tubuhnya sekali atau dua kali. Hanya sesekali si Naga terpukul.


Tanda-tanda kekalahan mulai terlihat ketika pukulan si Naga bersarang di tubuh si jagoan kampung. Dianya terdiam sambil berjalan menjauh tanpa mau membalas.


"Hmm... Mulai berasa," komentar penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun