Mohon tunggu...
Puisi

Dialog

17 Desember 2017   14:56 Diperbarui: 17 Desember 2017   15:29 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kemana senyummu yang fajar itu, Nona! Sedari tadi tak kulihat rekahnya bercahaya, tiada bersanding di dua hulu dengan lengkung indah memaku semua pandang dan kemana pula binar kedua kejora yang biasanya mampu membuatku tertunduk layu, tak kuasa menatap keagungan kilaunya?"

"Memang sudah pupus, Tuan! Senyumku telah luruh dikikis waktu, merenggut rekahnya dengan hanya meninggalkan kenangan sebagai jejak sipu walau terkadang masih ada sedikit sunggingan di ujung bibirku jika ingatan lampau yang penuh gula gula keindahan mengusiknya dan jika itu terlintas, maka kau bisa melihat ada sedikit rekah di ujung lengkungannya dan sedikit linang cahaya mengerdip ribak jauh di kedalaman kejora yang kini mungkin hampir padam, memang hanya kilas kenang itulah yang kini  bisa menciptakan sedikit pancar pada senyum dan kelamnya kedua mata, tapi ... tak lagi seindah fajar dan sebenderang kejora seperti kala dulu, Tuan."

"Mengapa? ... Lihatlah di sana begitu banyak yang menantikan senyummu, langit mereka pun membutuhkan larik cahaya untuk imbangi garis temaramnya. Pagi tak akan indah tanpa diawali fajar benderang dan malam terasa lengang tanpa keindahan cahayamu, Nona ...!"

"Biarkan saja! ... sebab waktu pun tak berpihak kepadaku, menyiksa dan menderaku dengan keadaan. Merenggut semua kebahagiaan serta keindahan yang pernah ia hadirkan dulu dalam kehidupanku. Waktu teramat jahat, jadi aku pun akan berlaku jahat padanya dengan membunuh fajar dan menikam kejora hingga padam, tak akan ada lagi keindahan terlukis di rona semestaku, jadi mengertilah ... Tuan! Biarkan aku sembunyi dalam kelumun tirai kenangan sebab di sanalah telah kusimpan sepenggal cerita dimana sebentuk cinta pernah menjadi alur keindahannya, jadi jangan pernah tanyakan lagi di mana senyumku dan jangan paksa aku lagi untuk menghidupkan binar kejora sebab semua sudah tak lagi sama."

Perempuan Bumi Andalas,

SdNk. 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun