"Bukan soal siapa yang paling tahu, tapi siapa yang mau duduk bersama dengan data." -- Dave Ulrich
HR vs User: Siapa yang Lebih Paham Kebutuhan Tim?
Pertanyaan ini sering muncul di ruang-ruang diskusi organisasi. Di satu sisi, user (manajer lini) merasa paling paham kebutuhan teknis timnya. Di sisi lain, HR digadang-gadang sebagai mitra strategis organisasi, mereka dituntut memahami visi jangka panjang, menjaga nilai budaya, sekaligus menyiapkan talenta masa depan.
Lantas, siapa yang seharusnya memimpin proses rekrutmen?
Jawabannya: bukan salah satu, tetapi justru kolaborasi keduanya, bahkan kolaborasi dalam sebuah pendekatan interdisipliner keilmuan dalam organisasi.
Saat ini, kita hidup di era disrupsi, di mana kolaborasi multidisipliner menjadi syarat untuk bertahan. Perubahan teknologi, kebutuhan pelanggan, dan dinamika bisnis membuat rekrutmen tak lagi bisa dijalankan secara linier. Kita tak cukup hanya mencari "pengganti" untuk posisi kosong. Kita harus menemukan talenta yang mampu membawa organisasi ke masa depan.
Inilah mengapa pendekatan "Co-Creation in Talent Acquisition" menjadi relevan. Alih-alih membenturkan HR dan user, model ini menyatukan peran keduanya, ditambah dukungan teknologi dan data dalam satu orkestrasi harmonis sebuah sistem dan bisnis proses organisasi.
Apa Itu Co-Creation Talent Acquisition?
Menemukan Talenta Bukan Lagi Tugas Satu Bagian Saja
Dalam dunia kerja yang terus berubah, proses rekrutmen tidak lagi bisa dijalankan secara sepihak. Selama ini, tanggung jawab merekrut karyawan umumnya dibebankan pada bagian SDM atau HR (Human Resources). Di sisi lain, kebutuhan tenaga kerja biasanya datang dari user, yakni atasan langsung atau manajer tim yang merasakan langsung beban kerja dan tahu persis karyawan seperti apa yang dibutuhkan. Ketika HR dan user bekerja secara terpisah, hasil rekrutmen pun kerap tidak optimal. Ada karyawan yang bagus di atas kertas, tapi tak cocok di lapangan, ada pula kandidat yang cocok secara teknis, tapi kurang selaras dengan nilai organisasi.
Di sinilah pendekatan Co-Creation Talent Acquisition menjadi jawaban.
Istilah co-creation berarti menciptakan sesuatu secara bersama-sama. Dalam konteks rekrutmen, pendekatan ini menekankan bahwa proses mencari dan memilih karyawan baru tidak boleh dijalankan oleh HR saja, atau oleh user saja, tetapi harus diciptakan bersama secara kolaboratif. HR membawa wawasan strategis, nilai budaya organisasi, serta metodologi seleksi yang adil dan terstruktur. User membawa pemahaman mendalam tentang kebutuhan teknis dan dinamika pekerjaan nyata. Dan jangan lupa, kini ada peran ketiga yang makin penting, yaitu teknologi dan data, yang memberi dasar objektif untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan adil.