Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

SBY Tak Respon, Jokowi yang Responsif

15 Desember 2015   14:58 Diperbarui: 15 Desember 2015   21:27 6656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

100 Kompasianer diundang makan siang bersama Presiden Jokowi pada Sabtu, 12 Desember 2015. (Sumber foto: facebook Presiden Jokowi)

Bukan bermaksud membandingkan antara satu Presiden dengan Presiden lainnya. Ini terkait cerita mengapa Presiden RI saat ini, Joko Widodo, berkenan mengundang 100 Kompasianer ke Istana untuk makan siang bersama, 12 Desember 2015 lalu.

Apa hebatnya diundang makan Presiden ke Istana? Ya nggak ada hebatnya sih.... Tetapi, ini soal kebanggaan dan kesempatan. Benarkah itu suatu kebanggaan? Soal bangga tidak bangga, ini juga bisa diperdebatkan, tetapi soal kesempatan, ini pasti ada yang mengaturnya. Bukan sekadar Admin yang mengaturnya (apalah arti admin Kompasiana atuh...), melainkan Gusti Allah, Tuhan Maha Esa yang mengaturnya. 

Tulisan tanggapan ini sekadar memberi informasi yang mungkin nggak penting, bahwa hadirnya 100 Kompasianer di Istana Kepresidenan, bukan lahir begitu saja, bukan ujug-ujug. Saya merancangnya jauh-jauh hari. Percaya atau tidak, kehadiran seorang Presiden RI di Kompasianival saya dan teman-teman Admin lainnya rancang jauh-jauh hari, saat Presiden RI masih dijabat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Sebelum pelaksanaan Kompasianival ke-3 tahun 2013 di Plaza Indonesia, pada rancangan acara yang saya sampaikan ke manajemen, rencana mengundang Presiden SBY sudah tercantum. Didapuk sebagai pembicara kunci (keynote speaker) atau setidak-tidaknya sebagai pembuka acara, saya menempatkan SBY sebagai Presiden RI yang juga bisa berkumpul dan berbicara di depan para blogger yang menulis di Kompasiana, yang dikenal dengan sebutan Kompasianer.

Rencana ini gagal total sebab saya sendiri waktu itu tidak tahu bagaimana mengundang Presiden RI untuk sebuah perhelatan. Namun demikian, tatkala Kompasianival ke-3 berlalu dan "hanya" menghadirkan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama sebagai salah satu pembicara kunci bersama Ketua KPK Abraham Samad, rencana menghadirkan Presiden SBY belumlah padam. Saya, Iskandar Zulkarnaen dan Nurulloh kemudian merancangnya untuk sebuah acara "Nangkring" atau "Tokoh Bicara" yang menjadi icon Kompasiana sekitar bulan Juli 2014. Rancangan acara dan undangan sudah dibuat dalam bentuk power point dan sudah dicetak pula. Saya bahkan sudah beraudiensi di Istana dengan pihak protokoler Istana, plus bertemu asisten Presiden SBY. Saya paparkan maksud dan tujuannya, juga tetek-bengek mengenai pelaksanaannya, sampai kemudian pejabat protokol Istana itu bilang, "Baik nanti saya sampaikan kepada Bapak Presiden!"

Sebagai "gimmick" apa gerangan tema yang akan diusung, saya mengusulkan mengambil tema "Berakhir dengan baik" yang dalam term agama biasa disebut "khusnul khotimah". Saya sadar, term agama itu kesannya berakhir dengan baik akibat kematian. Maka setidak-tidaknya jejak yang ditinggalkan Presiden SBY selama 10 tahun menjabat dan akan berakhir pada 20 Oktober 2014 itu akan menjadi topik utama Nangkring atau Tokoh Bicara dengan tagline "Presiden SBY Bicara". Tentu saja apa yang akan dilakukan Presiden SBY setelah tidak menjabat akan menarik untuk dibicarakan.

Tunggu punya tunggu, balasan atau respon tidak kunjung tiba. Pemberitahuan menolak pun tidak ada. Semua nomor protokoler Istana tidak bersambut alias mendadak mati. Kalaupun ada nada suara, tidak diangkat. Ya sudahlah. Saya berpikiran baik, bukan Presiden SBY tidak bersedia menerima undangan, melainkan kesibukannya yang luar biasa menekan. Alhasil, the mission failed! 

Saat akan berlangsung Kompasianival 2014 di Taman Mini Indonesia Indah, Presiden RI sudah berganti. Dari SBY ke Jokowi alias Joko Widodo, yang dilantik 20 Oktober 2014. Sedangkan pelaksanaan Kompasianival berlangsung di bulan November. Mengundang Presiden RI saat masih berkutat dengan penyusunan anggota kabinet sangatlah tidak tepat. Sehingga usai pelaksanaan Kompasianival 2014 dan saya harus me-review pelaksanaannya di depan rapat manajemen Kompasdotcom, saya utarakan bahwa untuk Kompasianival mendatang, yakni Kompasianival ke-5 tahun 2015, saya bertekad mengundang Presiden Jokowi.

"Gimana caranya mengundang Presiden, Mas Pep?" tanya direktur Group of Digital Edi Taslim serius, yang saya jawab spontan, "Nggak tahu!" Hahahaha.... 

Sampai datang satu momen penting (yang sebentar lagi saya ceritakan), saya tidak tahu bagaimana caranya mengundang Presiden RI itu. Apakah harus saya bikin surat sebagaimana saya menyurati para Menteri untuk sebuah acara seminar dan beraudiensi dengan ajudan atau asisten pribadinya, atau langsung datang ke Istana menyodorkan surat undangan seperti orang melamar bekerja di pabrik zaman kuda gigit besi. Jujur, yang terlintas saat itu menitipkan surat undangan berisi permintaan kepada rekan-rekan sesama jurnalis yang bertugas di Istana. Selain itu, saya tidak tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun