Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bukan Saatnya Senjakala Kami

5 Januari 2016   18:40 Diperbarui: 11 Januari 2016   17:28 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rekonstruksi (2), reporting menjadi lebih partisipatoris dan kolaboratif antara para wartawan dengan para freelancers, staf di universitas, para mahasiswa dan masyarakat umum. Selain itu, ada sejumlah untuk memelihara liputan yang independen dengan menerima sokongan dari lembaga filantrofi dan bahkan lembaga pemerintah. Sedang konsep pemberitaan berubah; pers di Amerika banyak yang menaruh perhatian pada berita di luar negeri dibanding berita lokal mereka sendiri.

Rekonstruksi (3), apa makna dari peliputan berita yang independen? Apakah ia merupakan suatu kebutuhan publik yang diutamakan? Pertanyaan lain, apakah peliputan berita yang independen bisa disamakan dengan kebutuhan dasar yang diperlukan masyarakat seperti halnya 'udara yang bersih, jalan yang nyaman, sekolah yang bagus, dan juga masyarakat yang sehat'?

Rekonstruksi (4), Internet membuka beberapa kemungkinan baru. Los Angeles Times pada 2009 memenangkan hadiah Pulitzer (melalui Bettina Boxall dan Julie Cart) untuk kategori "explanatory reporting" yang banyak menggunakan bahan dari Internet untuk membuat laporan soal intensitas kebakaran yang terjadi di California. Boxall memberi catatan, "Internet membuat penelitian dasar menjadi lebih cepat, mudah, dan kaya, tetapi hal itu tidak bisa menggantikan wawancara (mendalam), berada di sana (being there), atau narasi." Istilah "Being there" ini kemudian muncul dalam tulisan Bre Redana.

Rekonstruksi (5), tidak semua koran dalam kondisi terancam, mereka yang memfokuskan pada pemberitaan lokal masih hidup dan bertahan. Sejumlah koran mencoba menerapkan pembayaran untuk pembaca melihat isi media mereka, tetapi ada kecenderungan dari para pembaca yang merasa bahwa "informasi yang ada di internet itu gratis". Di sini belum ditemukan model bisnis yang pas untuk media online dan jika hal ini ditumpukan pada para filantrofis untuk membiayai informasi penting tersebut, dananya sangat besar.

Bagi saya pribadi sebagai jurnalis yang mempraktikkan Citizen Journalism dengan kontribusi blogger di dalamnya, Rekonstruksi (6) menjadi sangat menarik. Disebutkan, sejumlah surat kabar berkolaborasi untuk menghasilkan liputan bersama guna mengurangi ongkos peliputan. Diingakan pula agar tidak melihat para blogger sebagai ancaman terhadap media mainstream, tetapi harusnya dilihat sebagai satu simbiosis.

"Para blogger ini bisa menjadi bagian untuk memperluas jangkauan berita media mainstream dan ia bisa memberikan masukan, menambahkan, bahkan menjadi pengecek fakta lapangan," kata Ignatius. Ia mencontohkan adanya kelompok Talking Point Memo yang dikelola oleh John Marshall. yang pada tahun 2008 memperoleh hadiah George Polk Award untuk investigasi pemecatan politik Jaksa Agung AS di era George Bush.

Rekonstruksi (7), pada tahun 2008 Kelly Golnoush Niknejab, mahasiswa Columbia University membuat blog bernama Tehran Bureau yang berangotakan orang-orang di Iran dan juga para eksil di luar negeri. Tehran Bureau ini setahun kemudian bekerjasama dengan program televisi Frontline dan mendapat dana untuk pengelolaan web mereka, kemudian membuat film dokumenter.

Rekonstruksi (8) juga menarik buat saya, karena Hilman Fajrian bicara soal Ariana Huffington di awal tulisannya. Di sini dipaparkan kisah sukses Huffington dan Tina Brown yang masing-masing mengelola web agregator Huffngton Post dan The Daily Beast. Meski ada pertanyaan penting terkait soal hak cipta artikel yang diagregasi, namun Hufpost turut menyumbang dana 500.000 dollar AS untuk peliputan investigasi dari American News Project. Para mahasiswa jurnalistik pun bisa berkonstribusi untuk menulis hal yang spesifik tentang di mana mereka tinggal dan bisa bekerjasama dengan media mainstream.

Rekonstrulsi (9) menyebutkan, subsidi pemerintah ataupun lembaga filantrofi adalah sesuatu yang bisa dipertimbangkan. Meski situasinya terlihat chaotic, namun ada sejumlah peluang yang bisa dikembangkan dalam melakukan Rekonstruksi Jurnalisme Amerika tersebut.

Pelajaran berharga

"Apa pelajaran yang bisa dipetik untuk Harian Kompas?" Ignatius Haryanto kemudian melempar tanya. Tentu saja sebagai salah satu anggota Ombusdman yang bekerja untuk Kompas, Ignatius menyampaikan 9 poin masukan konstruktif yang intinya adalah, Kompas sebagai media cetak tidak perlu berkecil hati dan takut berlebihan atas perubahan cepat yang tengah terjadi dalam dunia media mutakhir ini. Karena ke-9 masukan itu hanya khusus ditujukan untuk koran di mana saya bekerja dan masuk dalam kategori "rahasia perusahaan", mohon maaf saya tidak bisa menyampaikan detail-detailnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun