Mohon tunggu...
Wiyamara Man
Wiyamara Man Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta dan penikmat hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencari Sunyi di Tengah Peperangan

27 Agustus 2012   14:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346076206924559550

[caption id="attachment_208937" align="alignnone" width="450" caption="SF: www.people.desktopnexus.com"][/caption] "Ini adalah medan perang. Mengapa engkau tidak ikut berperang?" "Aku pencari sunyi, tak suka berperang dan cinta damai dalam kehidupan." "Lalu mengapa engkau ada disini? Bukankah ini takdirmu berada di medan perang?" "Aku tidak tahu mengapa aku ada disini. Yang aku tahu, aku berjalan mencari sunyi." "Jika engkau benar seorang pencari sunyi, pasti engkau tahu tak ada yang kebetulan terjadi. Engkau sampai disini, bukankah itu tandanya Sang Kesunyian sendiri yang mengantarmu kemari?" "Aku tidak tahu pasti. Namun aku sadar, bahwa aliran kehidupan membawaku kemari. Tapi aku tidak tahu mengapa aku dibawa kemari." "Wahai pencari sunyi, apakah engkau buta terhadap kebijaksanaan Sang Sunyi. Engkau mencari-Nya dan sekarang engkau berada di dalamnya. Tidakkah matamu melihat dengan jelas?" "Apa maksudmu panglima? Jelaskan ketidakmengertianku ini." "Mereka yang mencari sunyi akan dibawa ke dalam pertikaian dunia, untuk menunjukkan bahwa kesunyian sejati ada di dalam batin seorang ksatria perang." "Bagaimana mungkin kesunyian sejati ada di dalam seorang ksatria yang sedang berperang? Bukankah itu tidak mungkin?" "Jaman telah membutakan mata hati. Dimana kamu hidup? Bukankah dunia ini adalah dualitas hitam dan putih? Apakah engkau mengerti bahwa melampaui hitam dan putih itu hanya ada di dalam batin? Bagaimana dengan badan karmamu? Bukankah dia harus memilih berdiri di salah satu antara hitam dan putih?" "Jadi maksudmu, kesunyian itu adalah tentang rasa di dalam batinku sendiri? Dan badan fisik ini akan terus bertarung dengan pilihan hitam dan putih karena dunia ini ada di dalam dualitas keabadian?" "Mengapa engkau meragukannya? Bukankah sekarang engkau sudah mengalaminya sendiri? Engkau sedang mengalami batin yang sunyi dan hening saat berdialog denganku. Berbarengan dengan kesunyian batinmu itu, fisikmu dan fisikku sekarang berada di tengah-tengah medan perang dan harus bertarung. Apakah engkau akan diam saja, mati konyol dan tidak membela dharma bagi dunia ini? Lalu teladan apa yang akan engkau tinggalkan bagi kisah ksatria kesunyian yang katanya mengerti tentang dharma kehidupan? Mati konyol di hadapan sikap adharma yang sedang memerangi dharma kehidupan? Saatnya engkau mengerti pencari sunyi. Tak perlu lagi berjalan mencari sunyi, sebab sumber kesunyian itu ada di dalam batin manusia. Namun setelah engkau menemukannya, kesunyian akan mengantarmu pada pertikaian, untuk mengajarkanmu tentang kebijaksanaan kehidupan fana, dimana dalam kesementaraan ini, engkau harus menjadi teladan dharma kehidupan, dengan memposisikan dirimu pada kebenaran dan menghadapi ketidakbenaran dengan ketenangan yang keluar dari sumber kesunyian batin manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun