Oleh : Akhmad Fauzi
Mimpi - mimpi telah kurajut dengan seribu tikar rerindu
Namun, segalanya raib dengan penghianatan yang kau tancapkan
Bak bara, hatiku tertikam nestapa , serupa kemarau berkelanjutan
Jadilah aku, dengan pandangan hampa, dan termangu
Puan, apakah candu yang kau tusukkan berupa cita palsu?
Aku masih sulit menerima ini, dengan hati penuh tegangan
Serupa pucuk, mati sebelum terpetik tangan
Lihatlah hatiku, yang penuh luka biru!
Mungkin rasa puasmu belum tergeraikan
Bukankah aku korban, dari  ritual janji yang tak sempat kau tepati
Hanya berujung, fatamorgana nisbi
Sudahlah, mengeluh akan semakin mengerogoti luka
Luka lama yang tetap menganga
Hampir mustahil menemukan obatnya
Kupilih jalan tuhan, tuk temukan jalan pulang
Sampai tak lagi kau temukan , aku yang meringis kesakitan
Bahkan , setiap rasa yang kurangkum akan menjadi seikat bunga
Tuk mencapai cinta yang lain
Pergilah, jangan bayang -- bayangi arus tepi yang kusemugakan !
Dendam bukanlah hasrat yang kupendam dan kuinginkan
Karena , aku tak bisa hidup dalam lingkarannya
Biarkan tuhan melaku dengan kuasa-Nya
Pernah kucoba menjalin kasih dengan mesra, bahkan aku hampir mati dengan sayatan rerindu
Bermula, dari sebuah masalalu yang hampir punah, dia datang serupa hujan, disaat aku lapar dan kehausan
Rasa manis telaga madu bermandikan air syurgawi telah kucapai, bahkan mimpiku telah diracuni senyumnya
Hingga , diriku babak belur dengan cinta penuh dusta
Perjalananku selanjutnya patah sayap, dia berlalu pergi dengan malaikat dengan sayap sempurna
Badan tegap , dengan emas melimpah ruah tersimpan dimana-mana