Mohon tunggu...
Akhmad Fauzi
Akhmad Fauzi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

" Ambisi untuk sesuatu yang benar "

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Raib

18 November 2018   02:04 Diperbarui: 18 November 2018   05:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Akhmad Fauzi


Mimpi - mimpi telah kurajut dengan seribu tikar rerindu
Namun, segalanya raib dengan penghianatan yang kau tancapkan
Bak bara, hatiku tertikam nestapa , serupa kemarau berkelanjutan


Jadilah aku, dengan pandangan hampa, dan termangu
Puan, apakah candu yang kau tusukkan berupa cita palsu?
Aku masih sulit menerima ini, dengan hati penuh tegangan


Serupa pucuk, mati sebelum terpetik tangan
Lihatlah hatiku, yang penuh luka biru!
Mungkin rasa puasmu belum tergeraikan


Bukankah aku korban, dari  ritual janji yang tak sempat kau tepati
Hanya berujung, fatamorgana nisbi
Sudahlah, mengeluh akan semakin mengerogoti luka


Luka lama yang tetap menganga
Hampir mustahil menemukan obatnya
Kupilih jalan tuhan, tuk temukan jalan pulang


Sampai tak lagi kau temukan , aku yang meringis kesakitan
Bahkan , setiap rasa yang kurangkum akan menjadi seikat bunga
Tuk mencapai cinta yang lain


Pergilah, jangan bayang -- bayangi arus tepi yang kusemugakan !
Dendam bukanlah hasrat yang kupendam dan kuinginkan
Karena , aku tak bisa hidup dalam lingkarannya


Biarkan tuhan melaku dengan kuasa-Nya

Pernah kucoba menjalin kasih dengan mesra, bahkan aku hampir mati dengan sayatan rerindu
Bermula, dari sebuah masalalu yang hampir punah, dia datang serupa hujan, disaat aku lapar dan kehausan
Rasa manis telaga madu bermandikan air syurgawi telah kucapai, bahkan mimpiku telah diracuni senyumnya


Hingga , diriku babak belur dengan cinta penuh dusta
Perjalananku selanjutnya patah sayap, dia berlalu pergi dengan malaikat dengan sayap sempurna
Badan tegap , dengan emas melimpah ruah tersimpan dimana-mana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun