Mohon tunggu...
Anta Nasution
Anta Nasution Mohon Tunggu... Ilmuwan - Laut Biru

Ocean never betray us! Ocean doesn't need us, indeed we need ocean.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerpen Mengenai Konflik Kelas: Kapal Merah (3/selesai)

14 Januari 2017   19:44 Diperbarui: 14 Januari 2017   19:57 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tidak Perlu, sehabis kamu bakar kapal ini, saya akan meninggalkan wilayah ini bersama mereka,” Pak Darjam menunjuk ke arah anak buahnya. “Daerah ini sudah cukup memberikan kenangan buruk bagiku. Kematian istriku dan kematian tragis anaku, Murni. Kau bisa membangun kapal-kapal ikan lagi dan merekrut kembali teman-temanmu, membagi rata penghasilan. Membuat kondisi yang lebih baik, agar semua teman-teman nelayanmu tidak merasakan kesusahan sepertimu, bahkan kehilangan keluarga karena tidak mempunyai biaya untuk berobat.”

“Tapi saya tidak....” Belum sempat Darman menyelesaikan kalimatnya, Pak Darjam memotong, “Kebanggaan kami para perompak laut adalah membakar kapal musuh kami, sebelum kami membakar kapal musuh kami, maka kami belum merasa menang. Sebelum saya meninggalkan wilayah ini, saya ingin melihat lelaki yang dicintai oleh Murni menyelesaikan kebanggaan kami, yaitu membakar kapal-kapal itu.”

“Maksud bapak apa?” Darman Heran.

“Iya Murni mencintaimu, bahkan ia selalu berharap untuk bisa menikah denganmu, namun saya melarangnya. Sangat melarang! Karena saya tidak mau Murni hidup susah dengan lelaki miskin! Saya mengaku salah, ternyata kamu adalah lelaki yang baik nak. Hidup itu tidak selalu diukur dengan materi. Maafkan saya nak” Darman meneteskan air mata. Ternyata selama ini Murni juga menyukainya. Sekarang semua sudah terlambat. Murni telah meninggal.

Pak Darjam mengambil bungkus korek di tangan Darman, seketika juga ia mengeluarkan batang korek dari kotaknya. Menyalakannya. Melemparkan batang korek tersebut ke arah salah satu kapal merah yang bersandar rapih di dermaga. Api. Ya, api menyala dengan hebatnya menyambar ke semua kapal merah milik Pak Gori. Asap pekat membumbung ke langit. Pak Darjam menyodorkan kertas-kertas ke arah Darman. “Ini untukmu, sekarang semua aset Gori telah menjadi milikmu, pergunakanlah dengan bijak,” Darman masih terdiam. Meratapi kapal merah yang terbakar dengan hebat.

Pak Darjam memimpin anak buahnya untuk pergi. Tidak kembali. Ia meninggalkan Mangur untuk selamanya. Tanpa salam perpisahan dengan Darman. 

SELESAI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun