Mohon tunggu...
Anta Nasution
Anta Nasution Mohon Tunggu... Ilmuwan - Laut Biru

Ocean never betray us! Ocean doesn't need us, indeed we need ocean.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerpen Mengenai Konflik Kelas: Kapal Merah (3/selesai)

14 Januari 2017   19:44 Diperbarui: 14 Januari 2017   19:57 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

[Bagian 1 dan 2]

Aku masih tidak percaya ibu akan meninggalkanku berdua dengan adiku. Ini semua salahku yang tidak bisa mencari uang lebih. Bukan. Ini bukan salahku, ini salah si Gori yang tidak menaikan upah di saat musim panen ikan. Ya, dia yang salah.

....

Hari masih pagi, burung-burung masih enggan untuk meninggalkan tempat peraduannya. Tetesan air embun menetes dari dedaunan. Air laut masih pasang, belum menunjukan tanda-tanda akan surut. Di pemakaman desa pesisir Mangur telah tersedia satu lubang 1x2 meter yang sudah digali. Disiapkan untuk ibu Darman. Kurung batang diangkat oleh empat pemuda, salah satunya Darman, pengiringnya tidak terlalu ramai, hanya tetangga sekitar dan dipimpin oleh pak Haji. Jarak dari rumah Darman ke pemakaman tidak terlalu jauh. 10 menit berjalan kaki. Prosesi pemakaman dilakukan tidak lebih dari 30 menit. Semua pelayat sudah pulang, menyisakan Darman dan Zulfah.

“Kang, aku takut kang,” ujar Zulfah, matanya sembab. Menangis semalaman.

“Tidak usah takut, saya akan merawatmu,”

“Iya kang, aku takut orang-orang itu akan kembali lagi ke rumah.”

“orang yang mana?” Darman tertegun.

“Orang yang kemarin malam datang ke rumah dan mengacak-ngacak rumah kang. Mereka marah-marah ke ibu, mereka nagih-nagih uang,” Zulfah kembali menangis.

“Saya ga ngerti, maksudnya gimana?”

“Iya kang, jadi sebelum akang pulang kemarin malam, ada empat orang datang ke rumah kita. Marah-marah sambil nagih uang ke ibu, saya udah bilang ibu lagi sakit. Mereka malah makin menjadi-jadi, mengacak-ngacak rumah, mencari uang dan mengancam akan menyita rumah kita.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun