Mohon tunggu...
solehuddin dori
solehuddin dori Mohon Tunggu... -

Pengamat berbagai masalah sosial, politik, budaya dan ekomomi, yang berpikiran jernih dan bebas kepentingan apapun. Ingin melihat Indonesia yang maju dan sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Pandai Penghambat Utama Cabut Subsidi BBM

29 April 2013   13:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:25 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Katanya orang pandai, cerdas, IQ di atas rata-rata, tapi untuk urusan mencabut subsidi saja mereka bersilang pendapat, dengan mempertahankan egonya masing-masing. Lihat saja di media massa. Pakar A mengatakan tidak bagus membedakan harga jual premium, untuk kalangan miskin dan kaya. Pakar B mengatakan tidak masalah, karena pelaksanaannya dapat diawasi. Pakar C menyebutkan lebih baik menetapkan harga sama, dengan memberikan kupon khusus buat orang miskin. Pakar D, lain lagi ide dan pertimbangannya. Belum lagi pendapat dari pakar-pakar yang berafiliasi dengan partai politik dan atau kekuatan kelompok tertentu yang punya kepentingan terhadap BBM.

Kalau kita cermati pendapat para pakar itu, sebenarnya semua sepakat untuk mencabut/mengurangi subsidi BBM untuk kelompok menengah atas. Biarlah subsidi hanya untuk kelas menengah bawah. Subsidi harus tepat sasaran. Sepakat bukan? Semua setuju bahwa subsidi yang terjadi saat ini tidak adil, karena dinikmati sama rasa dan sama rata oleh kelas bawah sampai kelas atas. Bahkan, kelas memengah ataslah yang langsung menikmati subsidi tersebut. Sedangkan kelas bawah, sebagian tidak mendapatkan akses subsidi.

Orang pandai-pandai itu, bergelar minimal S2 (master) ribut-ribut, pro dan kontra tentang rencana pemerintah. Media massa turut serta menjadi kipas yang amat dahsyat menggiring opini sesuai pendapat pemiliknya.

Yen tak pikir-pikir, yang ragu-ragu itu siapa ya? Pemerintah yang sudah mengerucutkan usulan pencabutan BBM menjadi dua opsi saja, atau para orang pandai itu? Para orang pandai – yang juga bagian dari rakyat itu – ragu-ragu terhadap kebijakan pemerintah. Mereka ragu kalau harga dibedakan maka pelaksanaannya akan berjalan dengan baik. Mereka ragu. Kelompok lainnya juga ragu, dengan kebijakan sebaliknya. Tidak dua harga, hanya satu harga, dilengkapi dengan kupon saja. Bisa nggak ya pemerintah melakukannya?

Jadi yang ragu siapa ya?

Wong intinya hanya satu kok: subsidi BBM harus dikurangi. Jadi, langkah apapun yang diambil pemerintah, yakinlah itu yang terbaik dengan tujuan subsidi BBM dikurangi. Apakah langah A lebih baik dibanding langkah B, kan tinggal dihitung dan diukur efek sampingnya. Mana yang lebih berefek? Menaikkan harga jual dengan satu harga, sudah terbukti menimbulkan resistensi. Semua protes. Buruh bergolak. Investor lari. Itu sudah pengalaman sejak lama. Kadang energi ributnya sama besar dengan kerugian subsidi. Atau malah jauh lebih besar.

Kalau dua harga? Kan belum dilakukan. Tapi resistensi sedikit. Pasti ada kebocoran. Menurut saya, itu pembelajaran untuk secara perlahan mengurangi dan menekan kebocorannya. Tapi kalau kebocorannya lebih besar daripada angka subsidi, ya buat apa juga toh?

Ah semua kan pasti ada efek negatif dan efek sampingnya. Tentukan saja mana yang efek negatifnya lebih sedikit! Gitu aja kok repot.

Pusing dengan cara berpikir orang pandai, yang sering memaksakan pendapatnya. Makin pandai makin kenceng pertahankan pendapatnya, sehingga menjadi egois luar biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun