Mohon tunggu...
Ali Eff Laman
Ali Eff Laman Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Lepas Bebas

Orang biasa yang dikelilingi orang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mentimun Sambel Vs Koper President

6 Desember 2020   06:41 Diperbarui: 6 Desember 2020   21:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentimun Sambel Vs Koper President

Sewaktu saya duduk di Sekolah dasar (SD),  ini adalah jajanan rutin saya,  kami menyebutnya timun sambel (mentimun sambel). Sesuai dengan namanya berupa  mentimun yang diiris lalu dioles pakai sambel. Mentimun yang dikupas kulitnya lalu diiris memanjang tipis-tipis. Satu butir timun bisa jadi 10 iris, mungkin kurang, mungkin juga lebih tergantung kebaikan hati penjualnya.

Karena tipisnya , kalau dipegang dari ujungnya bisa melengkung dan patah, karenanya kami harus berhati hati memegangnya kalau jatuh mungkin tak ada lagi uang jajan tersisa untuk membelinya.  Mentimun seukuran lengan kecil bocah esde, satu sisinya diolesi dengan sambel, ramuan olahan cabai dan entah apa lagi campurannya, seolah selai yang melapisi roti sarapan untuk anak-anak sultan dimasa itu.

Mentimun iris ini  rasanya cukup pedas untuk ukuran anak kelas satu atau dua esde, namun kami mengunyahnya dengan lahap, suara kunyahan nya makin menjelaskan bahwa kandungan air lebih banyak ketimbang nilai gizinya. Tidak terlalu penting soal gizi yang jelas pedasnya cukup untuk membuat mata terbuka setidaknya sampai pelajaran akan dimulai. Saat pelajaran akan dimulai kamipun mulai mengantuk. Satu dua orang kadang masih sempat mengusap bibirnya dengan lengan. Sisa sambelnya seringkali menepel di sudut bibir dan lalu diselamatkan oleh lidah dijilat habis tak bersisa.

Mentimun sambel ini bukan jajanan paling enak disekolahku, kalau ada sepuluh jenis jajanan, mentimun ini yang enak nomor sembilan, nomor sepuluhnya buah asam yang juga  dijual dalan kantong plastik kecil seharga dua rupiah perbuah, satu bungkus isinya lima. Jadi mentimun inilah yang paling murah, dua iris seharga lima rupiah. Terlalu sering jajan mentimun ini, mungkin berakibat kurang gizi, karenanya banyak anak suka tertidur di kelas, mungkin mereka juga menikmati mentimun iris tadi. Termasuk aku, sering mengantuk jadi harus belajar keras untuk menyamai konsentrasi dengan teman2 yang pakai tas koper merk "president" yang  jajanannya tentu bukan mentimun sambel.

Tulisan ini kubuat terinspirasi ketika aku memakan mentimun pakai sambel di kedai pecel lele dekat tempat tinggal kami. "Emang enak ?" tanya anakku melirik sambil terus bermain gatget ditangannya. "Dulu waktu SD ini jajanan di sekolah abi," jawabku sekenanya. Anakku masih sibuk dengan gatgetnya tak menghiraukan jawaban yang kuberikan.

Setiap waktu anakku bisa memilih makanan bergizi yang dia sukai dengan nilai gizi yang mencukupi, tak heran badannya berisi dan pipinya cerah tidak seperti tampilan anak-anak dijamanku kurus kering dan dekil. Aku anggap ini sebuah pencapaian yang patut disyukuri. Ibaratnya pre-test dan post-test, selisih antara nilai kedua test tersebut yang mengambarkan tingkat pencapaian seseorang. Pengalaman dan pendidikan adalah proses ditengah-tengahnya. Nilai pre-test setiqp orang tentu berbeda-beda. Saya mulai Pre-test dengan nilai mentimun iris, post testnya senilai makan pecel lele. Mungkin kamu memulainya dari nilai tas merk "President dan roti selai" sehingga post-test seharusnya melebihi "Pecel lele"

Apakah kamu punya pengalaman serupa dalam mencapai post-test ?  Tentunya perjalanan hidupmu punya salah satu  alasan untuk menjadi sukses...namun tetap ingat darimana kamu berasal dan tetap bersyukur dgn hasil post-test kamu....Atau mesin waktu ingin diputar dan  kamu siap menukar pre-test mu dengan getirnya "Mentimun sambal" ? Tidak kan ? Maka bersyukurlah dengan pencapaian saat ini..

#Post-test bukanlah akhir dari sebuah pencapaian, ia hanya hasil antara, masih ada ujian setelahnya...

A.E.L

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun